Sophia Latjuba Ternyata Keturunan Arab

Madinah Suara.Com
Kamis, 21 Januari 2016 | 11:57 WIB
Sophia Latjuba Ternyata Keturunan Arab
Artis Sophia Latjuba. [Suara.com/Ismail]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meski berdarah Jerman dari ibunya, model cantik Sophia Latjuba ternyata memiliki keturunan Arab dari sang kakek, Mahmud Lamako Latjuba. Hal ini diketahui dari kisah hidup Mahmud Lamako yang diunggah Sophie-begitu dia akrab disapa, di Instagram-nya.

"Mengenang kakek. Lahir pada tanggal 2 Mei 1909 di Una-una, Sulawesi Tengah. Beliau adalah anak keturunan Arab yg sdh sejak lama bermukim di nusantara.
Sejak muda, Latjuba meninggalkan kampung halamannya utk menuntut ilmu di Yogyakarta," tulis Sophie.

Dalam perjalanannya, kakek Sophie juga terlibat dalam gerakan kemerdekaan serta memiliki kedekatan dengan tokoh besar. Bahkan, di tahun 50-an Mahmud pernah diangkat sebagai duta besar.

"Mula pertama datang ke Yogyakarta, beliau tinggal di di rumah H.O.S. Tjokroaminoto. Dari Tjokroaminoto, Latjuba banyak menimba ilmu organisasi dan berkenalan dengan tokoh politik seperti Mohammad Roem, Soekarno, Syarifudin Prawiranegara, Kasman Singodimedja. Tahun 1925, Latjuba bergabung dengan Jong Islamieten Bond (JIB) yang didirikan antara lain oleh Syamsurizal, Moehammad Koesban, dan Soedewo. Beliau juga bergabung dengan Moeslim Broederschaap yang didirikan oleh Minhadjurrahman Djojosoegito dan Moehammad Hoesni pada tahun yang sama.
Tahun 1932, beliau melanjutkan sutdi di Jurusan Sospol Universitas Lahore, India," lanjutnya.

"Tahun 1937, beliau kembali ke Yogyakarta dan tinggal di rumah H. Zarkasyi, salah satu tokoh Persyarikatan Muhammadiyah kala itu. Beliau kemudian menikah dengan gadis pilihannya bernama Siti Fatihah. Dari pernikahannya ini beliau dikaruniai lima orang anak. Tahun 1952, Latjuba diangkat menjadi sebagai Kuasa Usaha (Charge d’Affairs ad Interim) dengan gelar Duta Luar Biasa dan Menteri Berkuasa Penuh untuk memimpin Kedutaan Besar Republik Indonesia di Karachi (Pakistan). Tahun 1956, beliau dipindah tugas dan menjadi Duta besar RI untuk Mesir. Pada tahun ini, beliu mengajak tokoh-tokoh Indonesia di Kairo untuk mendukung berdirinya Sekolah Indonesia Cairo (SIC) di kawasan Dokki, Giza, Cario. Dalam Muktamar GAI Tahun 1973 di Purwokerto, beliau ditetapkan sebagai Ketua III PB GAI. Pada Jalsah tahun 1975, beliau menawarkan diri membantu Ketua Umum saat itu, H. M. Bachroen, untuk menerjemahkan The Holy Qur’an karya Maulana Muhammad Ali. Beliau menerjemahkannya dimulai dari surat-surat juz amma. Sayang sekali, beliau tidak dapat melanjutkan pekerjaan itu, karena pada tahun 1975 beliau dipanggil oleh Allah Ta’ala. Mahmud Lamako Latjuba wafat pada tanggal 7 Desember 1975 di Jakarta dalam usia 66 tahun. Sumbangsih beliau bagi GAI dan bangsa Indonesia pada umumnya semoga selalu dikenang dan diteladani oleh kita semua," tutup Sophie.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI