Ustadzah Lulung Menangis Bayar Rp35 Ribu Sama Orang Kaya
Ustadzah Siti Umrul Ain atau yang lebih akrab di sapa Ustadzah Lulung merupakan satu dari sekian penyiar agama yang kerap mucul di televisi.
Namun, ia dikenal bukan karena ada darah dengan seorang politikus kontroversial yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI, Lulung Lunggana. Bahkan dengan tegas, panggilan Lulung sudah tersemat saat dia masih kecil dan sekolah di pesantren.
"Sebenarnya nama aku Rul, saya dipanggil Lulung sejak masuk televisi. Tapi memang panggilan ini udah dipanggil sejak pesantren. Itu dari nama Rul karena adik saya dipanggilnya pake 'ng', Lulung, Jujung, Mumung, dan Jajang," katanya kepada Suara.com.
Saat masih kecil, Lulung mengaku tidak pernah bercita-cita untuk menjadi seorang penyiar agama. Namun, karena keinginan ayah kandungnya yang ingin semua anak-anaknya belajar di pesantren, sehingga dia bisa tahu pengetahuan Islam.
"Padahal Ane nggak kepengen banget yang namanya nyantren, nggak betah. Tapi orangtua yang nyuruh jadi aku harus ikutin," tuturnya.
Llulus SMA, Lulung langsung melanjutkan kuliah di IKIP Lombok dan tinggal di pesantren. Di sela waktu luangnya dia mengajar agama Islam di Lombok pada tahun 1995. Diakuinya ada rasa bosan tinggal di pesantren selama bertahun-tahun.
"Pesantren ketemunya ustadz mulu. Gua pengen dong ketemu anak metal. Untungnya setelah menikah tinggal bermasyarakat. Terus biasa ada tetangga RT dan RW datang untuk diminta ngajar. Jadi dari RT ke RT, terus ke RW, eh, mesjid deh," kenang dia.
Dari sini ustazah lulung mulai aktif memberi tausih. Bahkan beberapa kali dirinya mengisi acara-acara dan dipercaya menjadi ustazah di instansi-instansi pemerintah dan mengisi acara-acara syukuran.
Bayarannya belum seberapa. Bahkan Lulung pernah menangis karena uang yang diterima tidak sepadan dengan acara yang diisinya.
"Bukan masalah nggak ihklas. Tapi dia orang kaya Rp. 35 ribu, nggak pantes. Gua punya pengajian yang isinya janda-janda, anak yatim nggak apa-apa mereka nggak bayar, nah dia orang kaya, rumah Rp2 M ngasih cuman Rp35 ribu. Dan itu memang saat aku belum muncul di televisi," jelasnya.
Lulung bukan tergolong penceramah yang puritan. Dia menuntut dirinya untuk melek terhadap teknologi. Bahkan dia memiliki beberapa akun sosial media. Berkat Facebook dia bisa bertemu dengan teman lamanya di pesantren, ustadz Jeffry Al Bukhori alias Uje yang kini telah almarhum.
" Dia kakak kelas aku, saat di pesantren cuman dia nggak namatin. Terus kita tukeran Pin BB (BlackBerry Messenger)," lanjutnya.
Dibalik silahtuhrahmi melalui sosial media facebook, Lulung mendapat berkah yang melimpah. Dia diajak almarhum Uje untuk mengisi tausiah di pengajian yang dipimpin oleh istrinya, Umi Pipik.
"Setelah kita temenan BB dia ngajakin aku untuk ngisi pengajian umi Pipik itu tahun 2010. Pokoknya dari RT ke RT, mesjid ke mesjid dan akhirnya ngisi jamah," jelasnya.
Berkat almarhum Uje juga, akhirnya Lulung bisa merasakan syuting dan memberi cermah melalui televisi di tahu 2011.
"Jadi memang ada campur tangan beliau juga. Nah 2012 mulai masuk televisi dan ngisi beberapa program tausiah di televisi-televisi," kenangnya.
Soal bayaran, tidak dipungkiri Lulung sudah mulai naik. Berbeda saat dirinya mendapat honor untuk pertama kalinya mengajar di sebuah pesanteren. Saat di pesantren tahun 1994-1995, ia mendapat honor sebesar Rp25 ribu, keluar dari pesantren dan jadi guru digaji Rp50 ribu perbulan. Jadi perbulan itu kita ngajar 2 kali, jadi sekali ketemu 25 ribu. It tahun 1997," jelasnya.
Beruntung saat mulai mengisi program tausiah di televisi bayarannya pun mulai naik.
"Honor di televisi, macam-macam cin, sebenarnya nggak sampai juta-jutaan. Cuman per-episode bisa sampai Rp. 500 ribu. Nah yang off air ini bisa sampai jutaan," lanjutnya.
Walau sudah dikenal banyak orang dan sering masuk televisi. Lulung mengaku tidak pernah mematok harga untuk mengisi acara.
"Sebenarnya soal honor sepadan lah. Honor naik itu kita nggak pernah ngomong. Mereka tahu kita masuk televisi, orang ngiranya pasti mahal. Padahal sih nggak gitu-gitu juga," jelasnya.
Diakui Lulung, banyak kritikan perihal ustaz-ustaz yang lebih suka masuk televisi ketimbang memberi tausiah di mesjid atau musola kecil. Namun dia kembalikan lagi kepada niat para penyiar agama Islam.
“Ada yang mengatakan kalau syiar kenapa nggak. Karena kalau di televisi 30 menit yang lihat bisa berjuta-juta orang. Bahkan aku pernah nanya ke guru aku, bila kita ngajar 10 orang tiba-tiba dipanggil yang jamahnya ada 50 orang, dia nyuruh yang ke 50 orang," jelasnya.
Lulung pun tidak terhindar dari kritikan pedas masyarakat. Bahkan yang mengkritik dirinya adalah jamah saat yang dulu sempat mengaji dengan dirinya. Yang dulu sebelum bertemu dengan dirinya belum mendapat hidayah.
"Nah, yang suka kritik saya mereka yang dulu anak didik saya. Yang sekarang sudah berhijab. Jadi anggap aja saya ini guru TK dia," ujarnya.
"Kritikan yang sering kena sama saya, mereka menilai ngaji sama Lulung apaan aja boleh. Kayak istri nggak boleh pergi tanpa seizin suami, jadi saya bilang boleh asal sesuai dengan dalil yang ada. Jadi ada hadis-hadis yang kadang-kadang nggak dikasih tahu ke orang-orang. Jadi di sini aku kasih tahu hadis yang melarang dan hadis yang membolehkan," tutup dia. (Ismail)
Berikutnya, Ustadz Syamsuddin