Marcella, Glenn dan Wulan Jawab Tantangan Jadi Produser Film

Tomi Tresnady Suara.Com
Sabtu, 01 Agustus 2015 | 09:28 WIB
Marcella, Glenn dan Wulan Jawab Tantangan Jadi Produser Film
Artis Marcella Zalianty. [Suara.com/Nanda Hadiyanti]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Marcella Zalianty, Glenn Fredly dan Wulan Guritno berbagi kisah pengalaman mereka mengawali karier sebagai produser. Ada benang merah yang diambil dari cerita mereka yaitu soal idealisme mereka membuat sebuah karya yang memiliki pesan kuat hingga bisa mebagikan inspirasi kepada masyarakat luas, meskipun harus mengorbankan sisi komersil seperti film percintaan yang dikemas religi.

Suara.com kali ini merajut kisah artis muda yang akhirnya mau bekerja di balik layar dan tentu saja dengan segudang tantangan yang harus mereka lalui. Berikut penuturan mereka yang mungkin bisa jadi inspirasi bagi Anda:

Marcella Mengangkat Tema Kemanusiaan

Marcella Zalianty (34) bisa dibilang aktris muda yang doyan duduk di kursi produser. Setidaknya sudah ada lima film yang pernah digarapnya, yakni Lastri (2008), Batas (2011), Kalau Kau Indonesia, Tepuk Dada! (2012), Rectoverso (2013), dan Mantan Terindah (2014).

Perempuan kelahiran Jakarta 35 tahun silam ini tertarik menjadi produser karena ingin mengangkat derajat film menjadi saluran komunikasi yang efektif. Bukan sekadar media hiburan bagi masyarakat.

Pengakuan Marcella ini masuk akal. Sebab, film yang diproduserinya kebanyakan mengangkat tema kemanusiaan. Sebut saja, Lastri dan Batas. Lastri menceritakan tentang korban perkosaan pasca peristiwa 30 September 1965 sedangkan Batas menyoroti kehidupan di daerah perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.

"Ketika menjadi produser kita bisa menyampaikan idealisme yang kita miliki. Bisa mengangkat citra sebuah bangsa," kata Marcella saat berbincang dengan suara.com.

Tema-tema film yang diangkat Marcella tentu di luar zona nyaman, dalam artian bukan film yang gampang mendulang uang dari penonton. Menanggapi hal itu, Marcella mengaku berprinsip tak melulu memikirkan sisi komersil saat membuat karya seni layar lebar.

"Kadang-kadang aku punya sisi-sisi kemanusian, sosial. Itu kemudian dituangkan ke film. Buat aku, hal itu penting. Film kan bukan cuma hiburan saja, tapi harus bisa menimbulkan empati, boleh kan?.”

Dari semua film, Marcella mengaku Rectoverso adalah yang paling sukses diproduserinya. Meskipun, Mantan Terindah bisa dibilang film bergenre pop. Sementara yang paling menguras tenaga dan pikiran menurut dia adalah Batas.

"Karena pada saat itu sulit sekali situasinya. Medannya juga susah dicapai. Bersingungan dengan wilayah sensitif, izinnya nggak mudah. Kebetulan aku juga baru hamil saat itu," ucap istri Ananda Mikola ini.

Kendati demikian, Marcella justru ketagihan dan ingin terus melahirkan film-film berkualitas. Dia bilang ada kepuasan batin yang tak bisa dibayar dengan apapun ketika pesan di dalam filmnya berhasil disampaikan.

"Misalnya film Batas, aku seneng banget mengangkat kehidupan yang orang nggak banyak tahu. Tapi justru orang lain harus tau. Dengan film ini, orang jadi tahu tentang kehidupan di perbatasan. Menimbulkan empati jug.”

Lantas dari mana Marcella mendapatkan ilmu seorang produser? Jawabannya adalah dari teman-temannya sendiri yang tak lain sesama sineas.

"Aku otodidak. Aku belajar sama teman-teman. Buat aku, melihat mereka adalah belajar. Ketika aku bertanya mereka selalu jawab," ujarnya yang tengah mempersiapkan proyek dua judul film ini. (Yazir)

Wulan Memberi Semangat Hidup Melalui Film

Nama Wulan Guritno mungkin masih lebih dikenal sebagai seorang aktris dibandingkan seorang produser. Padahal, Wulan telah menjajal profesi di balik layar itu sejak 2011 lalu.

Wulan mengakui hal itu. Ia merasa belum total menjadi produser sejak pertama kali memproduseri film Dilema yang mulai kita saksikan di bioskop pada 2012. Ide menjadi produser muncul setelah Wulan memiliki banyak inspirasi cerita menarik. Film Dilema secara garis besar menceritakan tentang sisi gelap kota Jakarta.

"Setelah Dilema, panjang sekali perjalanannya. Banyak keinginan, tapi selalu dipatahkan oleh inspirasi," ujarnya saat bercakap dengan suara.com.

Bukan hanya soal inspirasi, ibu tiga anak ini juga mengalami kesulitan untuk urusan dapur produksi, seperti pendanaan dan mencari aktor dan aktrisnya.

Saat menjajal jadi produser Dilema, Wulan beruntung mendapat dukungan dari suaminya Adilla Dimitri. Wulan bekerjasama dengan Dimitri dalam melahirkan film yang juga dibintangi Wulan sebagai pemeran utama berpasangan dengan Reza Rahardian.

“Saat itu saya juga ingin men-direct langsung. Tapi seiring berjalannya proses kreatif kemudian meluas, jadi suami sebagai sutradaranya," ujar ibu berusia 35 tahun ini.

Menurutnya, bekerjasama dengan suami seperti melahirkan bayi mereka. Selain itu, pasangan ini bisa mencari solusi selama proses produksi berlangsung . Namun, mereka tetap mengedepankan profesional demi hasil film yang baik.

Setelah sukses melahirkan film perdana, perempuan kelahiran London itu kembali mengangkat sisi kehidupan yang menyentuh emosi. Ia juga masih menjadi produser untuk film kedua berjudul I Am Hope yang mengisahkan perjuangan penderita kanker.

Melalui film itu, Wulan ingin pesan yang disampaikan bisa membuat para penderita kanker tetap punya harapan selama hidupnya. Di film keduanya ini, kata Wulan, ia merasa dipermudah karena mendapat sokongan dana dari berbagai sponsor termasuk dari pemerintah daerah yang membuatnya bisa memotong biaya produksi hingga 75 persen.

"Awalnya nggak terpikir bikin projek film lagi. Tapi film ini banyak bala bantuan. Nantinya juga, 25 persen hasil dari film ini akan kita sumbangkan untuk penderita kanker."

Sejauh ini, Wulan masih menerima tawaran pekerjaan lain meski dia mengaku menikmati susahnya jadi produser karena harus mempelajari mulai soal bujet, set lokasi, kru hingga menemukan para pemain.

Glenn Ingin Membuat Film Berkualitas

Musisi Gleen Fredly (39) menjajal jadi seorang produser berkat ajakan sahabatnya Angga Dwimas Sasongko. Awalnya musisi spesialis lagu-lagu romantis ini menolak ajakan sahabatnya itu karena kurang memahami soal film.

Dia mengaku ragu pada awalnya sehingga mempertimbangkan tawaran jadi produser selama satu tahun. Glenn dikenal memiliki paham kebangsaan yang cukup kuat dan ia pun berkesempatan bisa menuangkan sisi idealisnya itu dalam kisah di film.

Lelaki yang tengah digosipkan berpacaran dengan Aura Kasih ini merasa gelisah melihat film Indonesia yang masih sedikit menghadirkan film berkualitas.

"Ini berawal dari kegelisahan akan hal yang lebih baik di industri musik dan perfilman," kata Gleen ketika berbincang dengan suara.com.

Angga mengajak Glenn bikin film Cahaya Dari Timur: Beta Maluku yang naik di bioskop pada 2014. Film tersebut menceritakan kehidupan masyarakat Maluku pasca perang saudara. Hal itu membuat Glenn semangat karena mengangkat kehidupan tanah nenek moyangnya.

"Cahaya Dari Timur banyak menghasilkan insight baru buat saya," kata dia.

Film itu jadi mengubah cara pandangnya melihat Indonesia hingga dirinya sendiri. “Salut buat para film maker yang menghasilkan film terbaik di Indonesia.”

Berikutnya, Gleen berkolaborasi lagi dengan Angga melahirkan film tentang penyuka kopi dalam Filosofi Kopi. Ia menganggap Angga sebagai sahabat yang cocok untuk bekerjasama di film.

Ia merasakan sendiri begitu besarnya tanggung jawab yang dipikul seorang produser, namun ia bisa mengerjakan apa yang disukainya. Apalagi film dan musik sudah seperti dua sisi mata koin yang tak bisa dipisahkan.

"Ada sensasi tersendiri saat memproduksi film. Dan saya pada akhirnya enggak lagi memikirkan seberapa banyak orang yang menonton film kami. Tapi yang penting pesannya bisa sampai ke masyarakat.” (Ismail)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI