Suara.com - Komedian Indrodjojo Kusumonegoro alias Indro "Warkop" merupakan salah satu legenda lawak Indonesia. Dulu, di era tahun 70-an dia bersama almarhum Dono dan Kasino merajai panggung lawak Tanah Air dengan film-filmnya.
Indro, satu-satu legenda yang tersisa dari Warkop setelah dua rekannya berpulang ke haribaan Tuhan. Hingga usianya menginjak angka 57 tahun, Indro masih aktif mengikuti perkembangan lawak di Indonesia. Bahkan dia eksis di beberapa film layar lebar.
Seperti apa dunia lawak Indonesia di mata Indro saat ini? Berikut kutipan wawancaranya dengan suara.com belum lama ini.
Seperti apa dunia lawak menurut Kamu saat ini?
Tetap seperti itu. Hanya sekarang lebih colorful. Lawakan sebelum jaman saya jarang timbul verbal.
Lawakan dulu seperti apa?
Selalu grup. Semuanya memakai pakaian aneh, pakai pakaian wanita dan ketika masuk Warkop itu langsung booming karena verbal. Dan semakin ke sini banyak pilihan.
Maksudnya?
Seperti kita tahu sekarang ada stand-up comedy dan segala macam ya. Itu sebuah kemajuan. Saya selalu bilang itu warna bukan kelas. Dalam seni itu bukan kelas tapi warna. Itu sebabnya semua lebih colorfull sekarang ini.
Kalau melihat geliat lawak seperti stand-up comedy sering rindu dengan Warkop?
Pasti. Tapi banyak cara untuk mengobatinya.
Caranya?
Ya ini, seperti ini, saya masih berkarya, masih terpakai. Ini obat rindu lho padahal ke teman-teman saya (Dono dan Kasino). Saya yakin spirit Warkop masih ada di saya. Saya yakin Mas Dono Mas Kasino secara spirit ada di diri saya. Bukan segi bisnis ya, tapi spirit lawak itu masih ada.
Apakah ini geliat dunia komedi saat ini menjadi momentum kembali kejayaan di era Warkop dulu?
Pasti. Apalagi ketika kita masih diterima sampai saat ini. Terus sekarang sukses, saya mikir saya nggak mungkin seperti ini tanpa dua orang itu (Dono dan Kasino). Orang Jawa bilang tombo kangen.
Sering memutar film Warkop untuk mengobati rindu kepada Dono dan Kasino?
Saya bahkan nggak punya videonya. Di TV kan lagi ada nih diputer terus, saya ikutin. Kadang saya masih ketawa sendiri.
Masih sedih saat teringat Dono dan Kasino?
Sedih sih udah nggak. Saya masih mencoba mengingat mereka saja. Bagaimana jahilnya Kasino saat syuting. Lebih ke behind the scene. Kadang saya ketawa keras sekali, anak saya sampe nanya 'kenapa si Papa?'. Nggak bisa hilang.
Seperti apa rasanya masih eksis sampai sekarang?
Ya, merasa terhormat. Orang masih suka kan berarti. Di Warkop selalu ada dua istilah kepuasan. Pertama, ada kepuasan materi dimana kita cari uang. Punya tempat berlindung, bisa menyekolahkan anak sampe S1, kalau bisa S2. Itu lebih ke materi. Tapi sebagai manusia ada harmoni, kita harus ada kepuasan yang lain. Warkop bukan cuma bisa cari uang, rumah atau mobil, tapi punya arti.
Ketika sekarang masih disenengin orang itu yang saya bilang punya arti. Kami masih bisa menghibur. Itu kebanggaan. Bahkan bukan hanya saya, tapi keluarga Warkop dan juga fans kita. Warkop bukan apa-apa tanpa fans, tanpa media, tanpa anugerah Tuhan.
Memberikan ilmu bagi komedian muda?
Saya masih belajar dari yang muda. Begini loh spontanitasnya mereka. Saya masih berkarya dan bersyukur masih bisa dipercaya di antara yang muda-muda.