Suara.com - Mungkin masih jarang yang tahu jika eyang atau kakek dari artis Sophia Latjuba bernama Mahmud Lamako Latjuba merupakan tokoh besar di Indonesia di zaman perjuangan kemerdekaan hingga negeri tercinta ini meraih kemerdekaan.
Perempuan yang akrab disapa Sophie itu membeberkan melalui Instagram sosok eyangnya yang lahir di Una-una, Sulawesi Tengah, pada 2 Mei 1909 dan meninggal dunia di Jakarta pada 7 Desember 1975.
“Beliau adalah anak keturunan Arab bermukim di nusantara sejak lama. Sejak muda meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu di Yogyakarta. Mula pertama datang ke Yogyakarta, beliau tinggal di rumah H.O.S. Tjokroaminoto,” Sophie menulis caption yang dikutip dari situs resmi Ahmadiyah.
“Pada 28 Desember 1928 beliau mendirikan De Ahmadiyya Beweging, yang di tahun 1930 resmi bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia Centrum Lahore,” sambungnya.
Dalam tulisannya, Mahmud juga aktif dalam kegiatan politik mendirikan Partai Masyumi. Dia sempat bergabung di Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) pada 3 Maret 1947.
Setelah itu, Mahmud mengenyam jabatan sebagai anggota DPR RI melalui Partai Masyumi. Dia salah satu tokoh yang memperjuangkan asas ius soli dan stelsel pasif bagi kewarganegaraan RI di tahun 1951. Perjuangannya didukung oleh banyak golongan, termasuk keturunan Arab.
Menjabat Duta Besar RI juga pernah dirasakan Mahmud. Pertama kali menjadi Dubes untuk Pakistan, Mesir dan Iran tahun 1952 yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Menteri Luar Negeri Ahmad Soebardjo.
Di akhir tulisan, Mahmud menawarkan diri membantu Ketua Umum Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) H. M. Bachroen untuk menerjemahkan The Holy Qur’an karya Maulana Muhammad Ali. Beliau menerjemahkannya dimulai dari surat-surat juz amma. Beliau wafat tahun 1975 dalam usia 66 tahun.