Kehidupan Tenang Seorang Eddy Gombloh di Pinggiran Yogyakarta

Rabu, 08 Juli 2015 | 06:46 WIB
Kehidupan Tenang Seorang Eddy Gombloh di Pinggiran Yogyakarta
Eddy Gombloh. [Suara.com/Wita Ayodhyaputri]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masih ingat dengan Eddy Gombloh? Pelawak bertubuh gemuk yang namanya melejit terutama di era '80-an, antara lain bersama aktor Benyamin Sueb, S Bagyo, Ratmi B29 dan beberapa aktor lainnya, lewat berbagai film layar lebar dan panggung hiburan tersebut, kini lebih memilih menghabiskan hari tuanya di pinggiran Yogyakarta. Tepatnya, lelaki berusia 74 tahun itu kini menetap di daerah Turi, Sleman, Yogyakarta.

Saat ditemui di kediamannya, Eddy Gombloh bercerita tentang banyak hal, meskipun mata kirinya masih harus ditutup plastik transparan lantaran Kamis lalu baru menjalani operasi katarak di RSUP Dr. Sardjito. Bisa dikatakan, daya ingat Gombloh pun masih sangat baik, dan dia bercerita dengan penuh semangat.

Sembari duduk di sebuah kursi kayu di ruang tamu yang dipenuhi foto-foto masa muda, juga berbagai poster film yang pernah dibintanginya, Gombloh pun mulai berbagi kisahnya. Dia menuturkan bahwa awal mula dirinya tertarik tinggal di daerah Turi adalah saat mengantarkan bantuan gempa pada 2006 silam.

"Waktu gempa tahun 2006 itu, kan saya ikut ngantar bantuan sembako. Nah, pulangnya saya lewat sini. Terus saya tertarik karena hawanya enak, udaranya bersih. Terus saya tanya-tanya, 'Ada rumah dekat sini yang dijual nggak?' Terus saya dikasih tahu kalau rumah ini dijual, tapi yang punya di Jakarta. Saya dikasih nomernya. Sampai Jakarta, langsung saya telepon dan tawar-menawar. Akhirnya deal, saya beli rumah ini," beber Gombloh kepada Suara.com, baru-baru ini.

Menurut Gombloh, meskipun kini dia bersama istrinya Murtina Lubalu, serta anak terakhirnya Ayu Adina Anggraeni, memilih untuk tinggal di Yogyakarta, namun sesekali dia juga masih kembali ke Jakarta. Setidaknya itu dia lakukan untuk mengurus perpanjangan SIM maupun KTP.

Memilih Yogyakarta
Gombloh pun bercerita bahwa keputusannya untuk tinggal di Yogyakarta itu adalah karena memang dia lahir dan besar di kota tersebut. Meskipun diakuinya secara ekonomi tinggal di Jakarta lebih mudah untuk mencari uang, namun menurut Gombloh, tinggal dan menghabiskan hari tua di Yogyakarta lebih nyaman dan tenang ketimbang di Jakarta.

Lagipula bagi Gombloh, Yogyakarta juga memiliki banyak kisah. Bahkan awal-mula karir keartisannya juga dimulai di Yogyakarta, saat dia melawak dari panggung ke panggung. Barulah setelah tamat SMA saat itu, Gombloh memutuskan untuk hijrah ke Jakarta.

Kini, memasuki hari tuanya, Gombloh mengaku hanya mengisi aktivitas sehari-hari dengan membaca koran dan menonton televisi. Sementara istrinya masih bisa memilih untuk berkebun, termasuk memanen salak di kebun miliknya yang ada di samping rumah. Sementara anak terakhirnya sendiri, menurut Gombloh, saat ini masih menempuh kuliah semester 3 di salah satu universitas swasta di Yogyakarta.

Gombloh pun bercerita, saat panen salak tiba, istrinya kemudian biasanya juga banyak menghabiskan waktu dengan berjualan salak. Gombloh sendiri mengaku kadang ikut berjualan, sembari sesekali memenuhi permintaan para pembeli salak yang ingin berfoto dengannya.

Diakui Gombloh, kehidupan ekonominya di hari tua memang jauh lebih baik jika dibanding sejumlah pelawak lain atau artis seusianya. Selain memiliki kebun salak yang cukup luas, dirinya beserta keluarga juga memiliki usaha fotokopi. Ini berkat rumahnya yang berlokasi di jalur alternatif Yogyakarta-Jawa Tengah dan berada di depan sebuah sekolah, yang sekaligus membawa keberuntungan tersendiri.

"Kalau soal ekonomi, manusia pasti nggak ada puasnya. Maunya lebih. Ya, kalau saya dan keluarga, cukup nggak cukup, ya dicukup-cukupkan. Yang penting kalau saya, prinsipnya sebisa mungkin nggak minta sumbangan. Berobat mata saja hampir Rp10 juta saya pake BPJS. Saya nggak malu. Yang penting saya nggak minta-minta," jelas Gombloh.

Untuk diketahui pula, selain dari bisnis kecil-kecilannya di Yogyakarta, perekonomian Gombloh dan keluarga di hari tuanya juga disokong dari hasil empat rukonya di pinggiran Jakarta yang dia kontrakkan.

Banyak Bersyukur
Gombloh pun mengaku merasa bersyukur, sebab nasibnya di hari tua jauh lebih baik dari beberapa rekan-rekan artis seusianya. Kendati hidupnya sendiri tak semewah artis masa kini, namun yang pasti dia masih tinggal di rumah yang sangat layak, memiliki mobil dan motor, bahkan masih bisa menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi.

Gombloh pun senantiasa terlihat bahagia, serta selalu menyatakan bersyukur atas kehidupannya. Itu dilakukannya meskipun di hari tuanya ini Gombloh menderita beberapa penyakit dan masalah fisik, mulai dari katarak, pengapuran di bagian lutut, hingga kutil di kepala dan beberapa bagian tangan dan wajah.

Kebahagiaan Gombloh di hari tuanya itu pun selalu dia perlihatkan lewat senyum dan wajah berserinya. Termasuk kala dia berbagi kisah tentang perhatian istri yang merawatnya saat sakit, maupun anak yang selalu memberikan dukungan dan masukan positif baginya.

"Semua yang ngurusin istri saya. Ini yang nyukur habis rambut saya karena ada kutil, juga istri saya. Yang ke sana ke mari ngurus BPJS juga istri saya," tutur Gombloh.

Gombloh tak lupa bercerita soal anaknya yang selalu men-support dirinya, termasuk saat ada pemberitaan miring yang mengatakan bahwa dirinya termasuk salah satu artis termiskin. Ini memang termasuk mengganggu Gombloh, apalagi karena dia merasa hidupnya layak dan tidak miskin.

"Pas ada berita katanya saya artis termiskin, anak saya malah bilang, 'Pah, diemin aja. Paling itu orang yang nggak suka sama Papah. Papah santai saja, nggak usah dipikir," ujar Gombloh lagi, sembari kemudian tersenyum.

Kini, di usianya yang sudah semakin menua, harapan Gombloh sangat sederhanya. Dia mengaku hanya ingin menikmati hari tuanya bersama istri, anak dan cucu, tanpa harus menyusahkan atau meminta sumbangan ke orang lain. [Wita Ayodhyaputri]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI