Suara.com - Duduk di sebuah kursi di sebuah studio di bilangan Kebon jeruk, Jakarta Barat, seorang perempuan berusia 50 tahunan tampak sibuk membagikan uang kepada belasan anak. Duit yang dipegang mulai dari pecahan 20 ribu sampai 50 ribuan.
Dia bernama Rini Pilar. Profesinya sebagai Kordinator Lapangan (Korlap) penonton bayaran alias alay. Sebutan ini umum bagi mereka yang muncul di sebuah acara televisi sebagai penonton.
Bagi-bagi uang seperti itu biasa dilakukan Rini setiap hari setelah acara yang diramaikan oleh anak-anak asuhnya selesai. "Saya sudah jadi korlap penonton bayaran selama tujuh tahun," kata Rini membuka obrolan kepada suara.com, Rabu (25/2/2015).
Kebetulan, suara.com menemui Rini ketika dia sedang berada di Studio RCTI, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ibu dua anak ini baru saja mendapat job mengisi acara Dahsyat yang
dipandu presenter Raffi Ahmad, Ayu Dewi dan Deni Cagur.
Bak seorang artis, kata Rini, anak-anak alay juga memiliki jadwal padat. Di hari itu saja, dia memboyong anak asuhnya ke acara lain usai dari Dahsyat. Malahan, acara yang diisi bisa di stasiun televisi lain.
"Sekarang di RCTI saja ada tiga calling-an," ucap Rini.
Roda bisnis penonton bayaran ini ternyata tak hanya melibatkan anak alay dan korlap. Ada bos besar yang menyalurkan anak alay ke berbagai stasiun televisi. "Bosnya ada. Kita menyebutnya agensi. Di RCTI ada empat korlap seperti saya," ucap dia.
Penghasilan Rini dan agensi didapat dari potongan honor para alay. Bila stasiun televisi memberikan Rp35.000 perkepala, agensi memotong Rp5 ribu sementara korlap Rp 3 ribu. Setiap korlap biasanya memegang 30 anak.
"Cukup untuk menghidupi dua anak saya. Saya ini single parent," ucap Rini melempar senyum.
Mimpi jadi Artis
Syam merupakan salah satu alay setia. 5 tahun dia menjalani profesinya. Menurut dia, profesinya saat ini bukan sekadar mejeng di depan kamera lalu bertepuk tangan, tertawa dan berjoget.
"Ini kegiatan positif. Menjadi alay saya jadi tahu bagaimana seorang artis menghibur pemirsa di rumah. Kita jadi banyak ilmu. Siapa tahu nanti saya jadi artis," ujar Syam serius.
Berkat profesi itu, Syam juga bisa memiliki kedekatan dengan para artis. Bahkan, laki- laki asal Sukabumi ini pernah menjadi sopir presenter Tara Budiman selama setahun.
"Alhamdulillah, saya juga beberapa kali jadi figuran di acara Pesbukers di ANTV. Waktu itu ceritanya jadi satpam. Jadi banyak ilmu kan, hehehe," katanya.
Syam pun menceritakan muasal terjun menjadi penonton bayaran. Jalan yang dilalui tak mulus. Hijrah dari kampung halamannya, dia sempat luntang lantung menjadi anak jalanan. "Saya kabur dari rumah. Mau mengubah hidup," ucap dia.
Keadaan ekonomi Syam sekarang jauh lebih baik. Dalam sebulan dia bisa mengantongi uang Rp1,5 juta. Syam tinggal di kos-kosan dengan uang sewa Rp500.000 per bulan. Sesekali, dia pulang ke Sukabumi dan membawa uang untuk kedua orangtuanya.
Anak alay juga harus siap mendapat komentar negatif dari masyarakat. Herdi contohnya. Hinaan bagi dia sudah seperti makanan sehari-hari. Tapi, Herdi tak pernah menggubrisnya.
"Sering banget dikata-katain. Katanya ngapain sih jadi alay," ujar Herdi.
Yang paling penting buat Herdi, duit yang didapat dari profesinya adalah uang halal. Dia justru bangga karena bisa hidup mandiri tanpa menggantungkan diri kepada keluarga.
"Daripada nadang (minta) sama orangtua. Makan, tidur, terus minta duit, nggak ada gunanya. Kita ini kerja sendiri. Berangkat dari rumah untuk cari duit. Jadi saya senyum aja kalau dikata-katain," kata Herdi.
Alay picu tawuran di Indosiar
Penghasilan korlap dan para alay ternyata cukup mengiurkan. Salah satunya perempuan bernama Nengsih. Mulanya, ibu beranak 5 tersebut hanya dimintai bantuan mengumpulkan penonton di sebuah program reliji.
"Awalnya dari Yoga. Anak saya yang bungsu kan suka ikut casting-casting iklan, sinetron. Pas ada program di RCTI yang dipandu sama Eko Patrio, dan Ulfa saya diminta tolong untuk bawa orang," kata Nengsih ditemui di program D'Terong Show di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis malam (25/2/2015).
Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai salon ini mendapat Rp3 juta per program. Uang itu lalu di bagikan kepada 'pengikut'nya.
"Jadi saya bawa 10 orang (alay) pake taksi. Nah, terus di bayar. Awalnya sih Jujur-an di sana dibayar Rp30 ribu, saya kasih Rp30 ribu ke mereka," lanjutnya.
Dari iseng-iseng, tergiur penghasilan Nengsih akhirnya menseriusi profesi sebagai korlap alay. "Buat apa cuman seneng-seneng doang," ucap Nengsih.
Pekerjaan Nengsih tak melulu mulus. Di tengah jalan, tak jarang dia harus berurusan dengan petugas kemanaan stasiun televisi gara-gara anak buahnya melakukan berbuat onar.
"Sulit banget. Anak-anak yang kita bawa kadang-kadang ada yang nakal. Namanya anak- anak sekarang, ada yang minum (mabuk) dulu sebelum masuk. Itu rese," jelasnya.
kalau sudah begini, Nengsih pun mengambil tindakan tegas. "Jadi kalau kita lihat anaknya sudah kelitahan lain, kita tegur dan namanya kita langsung coret," tegasnya.
"Kadang ada salah paham sedikit. Cuma gara- gara hal kecil berantem di dalam, nggak terima sampai keluar. Akhirnya warga dari pesing nyerang ke Indosiar. Sampai akhirnya
saya umpetin anak alay ini," lanjutnya.
Dari profesinya sebagai koordinator Alay, Nengsih membantu sangsuami menghidupi keluarga. Sayang, dia ogah menyebut penghasilan yang didapat dalam sebulan.
"Iyalah (bisa menghidupi keluarga) Kalau dikumpulin banyak, kan kita satu anak Rp5000. dalam satu agency kan ada 4 korlap nah siapa yang paling banyak itu yang banyak duitnya," jelasnya.
Dari koordinator alay, Ely Sugigi belikan orangtuanya rumah
Elly Sugigi mungkin salah satu koordinator penonton bayaran (alay) yang sukses. Perempuan yang dulu pernha mengalami kesulitan ekonomi itu kini bisa meraup penghasilan Rp30 juta per bulan. Padahal, dia hanya mengambil sedikit untung dari bayaran puluhan anak buahnya.
"Kita ambil Rp5000-10.000 per orang. Bayaran ke setiap anaknya tergantung stasiun TV. Kalau dari TV Rp35 ribu, kita kasih Rp30 ribu. Kalau Rp75.000 kita kasih Rp60.000, kalau 50.000 ke anak-anak 40.000," ujarnya
ditemui Suara.com di Gedung Trans TV, Mampang Prapatan,Jakarta Selatan.
Setelah sukses jadi bandar penonton bayaran, Elly juga seringkali mendapat tawaran mengisi acara di televisi. Bentuk gigi yang unik dan cara bicara blak-blakkan menjadi daya tarik tersendiri.
Meski sibuk, perempuan 43 tahun itu tetap mengawal penonton bayarannya. Apalagi, dalam sehari dia bisa hadir di tiga sampai empat acara.
"Penonton Alhamdullilah sampai sekarang masih baik, walaupun sekarang banyak yang agency bermunculan tapi saya masih bertahan dari 2006. Dan walaupun saya suka syuting, saya tetap kontrol penonton. Kadang kan saya dapat FTV, sinetron, bintang tamu acara tv, yang jadi penontonnya anak buah saya juga, jadi sekalian kontrol," ungkap perempuan yang lahir pada 16 Oktober 1971 tersebut.
Di balik suskes, Elly pun tak luput dari masalah. Salah satunya saat dia jadi korban pelemparan batu oleh fans salah satu band di sebuah acara.
"Pernah dilempar batu sama fans grup band gitu. Karena kita dituduh fans band yang nggak mereka suka. Padahal kita kan bayaran, jadi setiap band mana aja yang tampil kita harus rame. Tahunya disalah artiin," ungkap Elly kesal.
Elly juga pernah tertimpa sial di Cikarang. Waktu itu, tanpa alasan jelas mobil yang ditumpanginya bersama dengan para alay tiba-tiba dilempari gir motor. Tak takut, Elly berusaha mengejar pelaku, meski akhirnya gagal.
"Aku nggak pernah takut. Kalau anak buahku celaka atau ada apa-apa, aku turun tangan langsung. itu udah tanggung jawab kita juga," kata ibu tiga anak ini.
Salah satu anak buahnya Ely bernama Eny membenarkan sikap tanggung jawab sang bos. "Si mpok orangnya emang tegas, kalau anak buahnya kenapa-napa dia langsung turun. Anaknya digodain orang mabok atau apa dia berani," ujarnya.
Meski berat, Elly tak jera menjalani profesinya sebagai koordinator alay. Karena semua usaha baik yang dilakukan untuk mencari nafkah pasti ada tantangannya. Sebaliknya pasti ada timbal balik positif yang dirasa. Apalagi, dari pekerjaannya Elly sudah bisa hidup sejahtera. Dia bahkan mampu membelikan rumah buat orangtuanya.
"Kebayar karena bisa bangun rumah buat orangtua, juga buat biaya anak-anak saya kuliah. Walaupun belum punya rumah pribadi, tapi kan udah senang bisa bahagian orangtua," ujarnya.
Elly juga senang bisa membantu banyak anak- anak yang berusaha mencari uang demi membantu keluarga. Seperti yang dilontarkan
salah satu anak buahnya.
"Enak kerja begini dibantu Mpok Elly, walau bayaran ada potongannya buat mpok, tapi bisa buat nabung. Kalau ada acara sehari dua hari bisa bawa uang cepek. Rp50 ribu buat makan, sisanya ditabung dan buat orangtua," ujar perempuan yang mengaku bernama Ita.
Elly mengaku bersyukur dengan pekerjaannya seperti sekarang ini. Dari situ dia bisa dikenal banyak orang dan masuk TV."Alhamdulillah bisa begini, yang penting orangtua senang, anakku yang dua bisa kuliah dan yang satu bisa sekolah," tandas Elly. [Ismail, Nanda Hadiyanti, Yazir Farouk]