Suara.com - Karier di dunia hiburan tak membuat artis Melly Manuhutu, Nadia Saphira, dan Ira Riswana puas dengan pekerjaan mereka yang begitu menjanjikan bisa mendatangkan banyak uang dan popularitas.
Mereka punya minat dan kecintaan terhadap profesi di luar keartisannya, seperti Melly memilih berbisnis hasil pertanian organik. Lalu Nadia merasakan hidup lebih bergairah ketika menjalani profesi pengacara. Sedangkan Ira Riswana memilih pekerjaan yang jarang dipilih orang, yakni menjadi penata rias jenazah.
Berikut ini hasil wawancara ketiga artis tersebut yang mungkin bisa menjadi inspirasi bagi pembaca:
1. Melly Manuhutu
Melly Manuhutu mengawali karier di dunia hiburan sebagai penyanyi cilik lalu bergabung dengan kelompok tari Guruh Soekarno Putra (GSP) hingga menjadi juara III Gadis Sampul majalan Gadis tahun 1990.
Perempuan berdarah Ambon berusia 39 tahun itu dilahirkan dengan membawa multitatlenta. Selain pernah serius di dunia musik hingga menelurkan tiga album studio, menjadi penyiar radio, model, sinetron, ia juga menjadi seorang pebisnis yang ditekuninya sampai sekarang.
Ibu dua anak dari Kaçamelyv Prakaça, dan Qalyçea Prakaça itu berbisnis sayuran organik dan sementara ini meninggalkan gemerlapnya dunia hiburan.
Melly saat berbincang dengan Suara.com, mengaku akhirnya puas dengan profesinya sebagai petani organik berawal dari rasa tertantang mempelajari ilmu pertanian dan akhirnya mengaplikasikannya pada 2001.
Butuh tiga tahun istri dari Prakaça Kasmir menguasai ilmu pertanian organik. Usahanya tak sia-sia, ia pernah mendapatkan penghargaan dari Menteri Pertaniaan.
Melly yang juga membuka toko hasil pertanian organik di kawasan Kemang, Jakarta Selatan ini bercerita saat menggeluti profesi ini tak selamanya berbuah manis.
"Saya pernah diomelin pembeli, karena diapesan kol 4 kilo, tapi karena terserang hama Cuma panen 2 kilo. Yang seperti itu juga tantangan buat kita," ujarnya. "Saya jelaskan, dan sekarang akhirnya mereka ngerti kalau organic itu bebas kimia jadi kalau ada hama ya, panen sedapatnya.”
Melly juga senang ketika menjadi pengusaha hasil pertanian organik, ia bisa memberdayakan para petani di daerah untuk mengembangkan pertanian yang lebih ramah lingkungan.
"Sayur organic ini bisa bantu petani lokal, bisa bantu penghidupan yang lebihbaik.Puji Tuhan bisa bantu sesama," katanya.
Ia pecaya bisnis ini tak seperti menjadi artis yang suatu saat harus tergusur karena masalah usia dan persaingan dengan munculnya generasi muda.
"Makanankan kebutuhan pokok, karena itu saya percaya bisnis ini akan terus berjalan," pungkasnya.
2. Nadia Saphira
Nama Nadia Saphira mulai mentereng ketika memerankan karakter Milly di sinetron Ada Apa dengan Cinta?. Berikutnya, ia banyak mendapat peran di beberapa judul sinetron lainnya dan juga pernah menjadi pemeran utama.
Namun, kecintaannya terhadap profesi aktris memudar ketika ia kuliah mengambil gelar master (S2) di Universitas Winsminster, London, sejak 2011. Ia melanjutkan S2 setelah mendapat gelar Sarjana Hukum di Universitas Pelita Harapan.
"Saat aku ambil S2 di London, aku sudah tidak lagi mengambil syuting atau pun iklan. Aku focus pada studiku dan ingin serius untuk berkarier di bidang hokum sesuai dengan studi yang aku ambil," kata Nadia saat berbincang dengan Suara.com.
Perempuan berusia 27 tahun ini sempat berperan di enam judul film layar lebar ini mengaku jika profesi pengacara banyak tantangannya dibandingkan menjadi aktris.
“Aku menikmati pekerjaan ini. Kalau di film, kita yang membuat drama.Tapi kalau di pengadilan, kita benar-benar menghadapi drama hidup yang sesungguhnya. Itubenar-benar sangat menantang,” aku Nadia yang mengambil master jurusan entertainment law ini.
Walau pernah merasakan popularitas di dunia hiburan, tak menjamin bisa mudah mencari pekerjaan di dunia pengacara. Ia beberapa kali ditolak firma hukum yang tak mau mempekerjakannya. Beruntung firma milik pengacara kondang OC. Kaligis mau menerimanaya.
"Alhamdulillah pak OC Kaligis terimasaya," katanya. Ia tak butuh lama bekerja di firma hukum setelah lulus kuliah.
Bintang film Jomblo dan Saus Kacang ini bercerita, ketika tahun 2006, dirinya masih mengambil syuting sambil kuliah. Namun, ia akhirnya merasa tak puas jika terus-terusan menjalani profesi artis.
"Saya bersyukur, saya dikasih kesempatan ini semua sama yang di atas. Kan nggak semua orang punya kesempatan. Saya bersyukur punya orangtua yang mendukung, dulu saya sekolah, menurut saya sekolah penting banget," ujarnya.
Mantan finalis Gadis Sampul ini merasakan pekerjaan jadi pengacara tak mudah. "Dulu pas jadi artis kayak capeknya badan lemah banget. Kalau sekarang tuh capeknya kayak badan iya, kepala iya," lanjutnya.
Nadia senang firma OC. Kaligis mempercayakan dirinya untuk menangani kasus-kasus besar. Salah satunya kasus kekerasan seksual yang terjadi di Jakarta International School.
"Semua kasus bos yang kasih, saya hanya terima aja," ujarnya. Saat ditanya, apakah penghasilan jadi pengacara lebih menjanjikan dibandingkan jadi artis, ia menjawab dengan diplomatis. "Saya nggak pernah memikirkan hal kayak begituan. Memang uang yang pertama tetapi itu bukan segalanya," tandasnya.
3. Ira Riswana
Artis yang satu ini namanya pernah melambung di dunia hiburan Tanah Air di era 90an. Karirnya mulai dirintis sebagai model setelah menjadi juara Gadis Sampul 1994 lalu diteruskan menjadi pemain sinetron.
Kini, profesi yang digeluti Ira Rayani Riswana atau Ira Riswana sama sekali jauh dari dunia keartisan. Sejak melepas predikat artis, Ira banting setir sebagai perias pengantin. Medio 2013, bukan Cuma pengantin yang dirias melainkan jenazah.
"Awalnya ada temen ibu gue meninggal dan temen gue minta bantuin raisin jenazahnya. Katanya hasilnya bagus. Mulai dari situ, kalo ada yang meninggal manggil gue deh," kata Ria memulai cerita kepada Suara.com.
Berhadapan langsung dengan jenazah sama sekali tak membuat ibu empat anak dari Muhammad Abu Bakar Gibrani, Maulana Malik Ibrahim, Muhammad Ilyas Pranaya, dan Muhammad Yusuf Pesating Gatra, ini merasa takut. Dia hanya melakukan “ritual” kecil agar tak merasakan takut. "Cumabilang, 'Permisi ya aku mau make up-in kamu'.”
Usai minta izin, perempuan berusia 37 tahun ini langsung beraksi. Alat-alat riasnya sama seperti ketika dia merias orang yang masih hidup. Hanya saja, kata Ira, objeknya kali ini lebih dulu disuntik dengan formalin."Wajahnya jadi terlihat lebih hidup.”
"Oh iya, paling sulit itu kalo ngerias orang yang meninggal karena sakit jantung. Karena gue harus bikin mukanya terlihat seperti lagi senyum," katanya lagi dengan mimik wajah serius.
Soal bayaran, Ira tak mau ambil pusing. Soalnya, perempuan kelahiran Bandung 23 November 1977 ini tak pernah memasang tarif. “Tak tega,” kata Ira. Tapi sejauh ini, menurutnya, sekali order, duit yang didapat cukup memuaskan. "Ya, segepok deh dapetnya, hahaha.” Katanya. “Kadang kalo anggota keluarganya dating suka dikasih lagi. Rezeki masak kita tolak sih, hehehe," kata Ria yang mengaku sudah merias enam jenazah ini.
Meski menguntungkan secara materi, Ira merasa makeup forensic hanya menjadi sampingan saja. Ke depan, dia akan lebih serius menjadi makeup artist danberencana mendirikan sekolah salon. "Tapi gue bersyukur bisa merias jenazah. Ini profesi yang bener-bener beda.”