Ratusan Ribu Orang Tonton Bajakan The Interview, Ini Kata Mereka

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 26 Desember 2014 | 18:38 WIB
Ratusan Ribu Orang Tonton Bajakan The Interview, Ini Kata Mereka
Salah satu adegan dalam film
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hanya beberapa jam setelah dirilis di Amerika Serikat, salinan ilegal The Interview, film bertema pembunuhan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, langsung membanjiri pasaran dan ditonton oleh ratusan ribu orang. Uniknya, film produksi Sony Pictures yang sempat memicu perang urat syaraf antara Korea Utara dan Amerika Serikat itu dinilai mengecewakan.

Sebagian besar penonton awalnya antusias menyusul maraknya pemberitaan soal serangan cyber terhadap korporasi pembuat film tersebut. Namun, setelah menontonnya, penonton dibuat kecewa.

Bahkan, di Korea Selatan, negara yang hingga kini sesungguhnya dalam keadaan perang dengan Korea Utara, para penonton mencela film tersebut.

"Banyak adegan yang tak realistis dan orang-orang yang memerankan karakter orang Korea Utara tidak bisa berbicara bahasa Korea dengan baik," kata seorang penonton yang menyaksikan film itu lewat portal online, Naver.

"Pada adegan di mana Kim Jong Un marah... Saya tidak paham apa yang ia katakan," lanjutnya.

"Tidak ada drama dan tidak menarik. Ini tentang komedi yang dipaksakan yang membuatmu malas. Apakah mereka tidak bisa membuat film ini dengan lebih baik?" sambar blogger Naver lainnya.

Sementara itu, di Cina, salinan film The Interview lengkap dengan teks terjemahan Bahasa Cina sudah disaksikan sedikitnya 300.000 kali di sebuah situs berbagi video online.

The Interview, yang awalnya dibatalkan peluncurannya pascadugaan peretasan atas Sony Pictures, ditayangkan di lebih dari 300 bioskop di seluruh Amerika Serikat, bertepatan pada Hari Natal. Film itu juga dapat disaksikan secara online lewat Google Play, YouTube Movies, Xbox Live, juga situs Sony, seetheinterview.com. Sampai saat ini belum ada kabar soal rencana rilis film tersebut di Asia. (Reuters)

REKOMENDASI

TERKINI