"Senyap" Kisah G30S dari Mata Keluarga Korban

Rabu, 12 November 2014 | 18:33 WIB
"Senyap" Kisah G30S dari Mata Keluarga Korban
Film Senyap (The Look of Silence) karya Joshua Oppenheimer. (Youtube/Calengklik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Setelah film Jagal (The Act of Killing), Joshua Oppenheimer kembali merilis film dokumenter berlatar tragedi 1965. Berbeda dengan film sebelumnya, film kedua yang diberi judul "Senyap" (The Look of Silence) ini mengambil angle yang berbeda.

Suara.com - Kali ini Joshua melihat tragedi ini dari sudut pandang keluarga korban yang hingga kini masih penasaran tentang siapa yang terlibat dan bertanggung jawab dalam pembantaian yang terjadi  49 tahun silam itu.  Pengambilan gambar masih dilakukan di Sumatera Utara, tepatnya di Deli Serdang, salah satu kota berdarah ketika Gerakan G30S meletus.

Dikisahkan dalam film ini, sosok pemuda bernama Adi Rukun (penjual kacamata) yang merupakan adik Ramli, salah seorang korban pembantaian 1965 dahulu. Ibu dan ayah Ramli menderita atas kematian anak sulungnya yang dituduh komunis. Meski sudah renta, sang ibu masih mengingatnya dengan baik ketika si sulung Ramli diseret oleh beberapa pemuda dari rumahnya, lalu diangkut ke ladang pembantaian dengan menggunakan truk.

Di film keduanya ini, Joshua Oppenheimer juga berhasil membujuk para penjagal menampilkan atraksinya saat mengeksekusi Ramli.

Adi yang saat kejadian belum lahir, mendengarkan kisah kekejaman yang dialami kakaknya dari sang ibu. Adi dibantu Joshua menemui satu per satu para penjagal yang terlibat dalam pembantaian kakaknya.

Sembari melayani pasien memilihkan kacamata yang sesuai, Adi menyusuri tempat-tempat kehidupan si penjagal yang sebagian besar adalah pasiennya sendiri. Betapa campur aduknya perasaan yang dirasakan Adi.

Adi harus memendam perasaannya dalam-dalam, berusaha tetap dingin untuk membuka komunikasi agar kebenaran di masa kelam itu dibuka sendiri oleh pelaku.

Joshua lewat scene yang ia hadirkan, berhasil membawa penonton ikut tersiksa dan memahami posisi para pembunuh itu, yang merasa terpojok sekaligus merasa bersalah, bahkan mungkin "tak berdaya" ketika Adi datang yang secara tak langsung sebagai penggugat atas kematian kakaknya. 

Kadang Adi tak kuasa menahan emosi, dan tanda tanya besar itu terlihat dari raut wajah Adi yang hanya bisa terdiam dan tercenung, dan tengelam dalam kesenyapan dirinya sendiri. Sampai menjelang akhir film, Adi mempertemukan ibunya dengan Pak Kemat, salah seorang korban yang luput dari pembantaian dan masih hidup sampai saat ini. Di sosok pak Kemat inilah, si ibu menemukan sosok Ramli.

Benang merah antara "Senyap" dengan "Jagal" adalah kisah para pembantai yang terang-terangan mengaku sebagai pembantai orang yang diduga simpatisan PKI. Jangankan penyesalan, permintaan maaf pun tak pernah terlontar dari mulut mereka. Para jagal ini menganggap apa yang mereka lakukan adalah bentuk usaha untuk membela negara.

Lewat "Senyap", Adi, Joshua dan kawan-kawan ingin memberi tahu bahwa mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik kebohongan para pelaku. Cepat atau lambat, kebohongan akan terungkap. Bagi Anda yang ingin menonton film ini bersama komunitas, bisa mendaftar di www.filmsenyap.org. Atau tunggu penayangannya secara serentak pada 10 Desember mendatang bersamaan dengan peringatan Hari Hak Asasi Manusia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI