A: Nggak ada lah. Kan kita sudah mengantar proses demokrasi ini pada tahap terpilihnya presiden. Buat saya dan temen-temen Slank kenapa akhirnya terjun, kita melihat bahwa sepertinya kita tidak bisa tinggal diam dan harus melakukan sesuatu agar terjadi perubahan besar. Dan sekarang pemimpinnya sudah terpilih, kita biarkan mereka bekerja. Setelah itu kita perhatikan, kalau ada yang melenceng atau kebijakan yang tidak pro-rakyat pasti kita akan tegur dengan cara-cara teguran langsung atau apa pun itu. Tujuan kita bukan hanya memilih Jokowi JK, tapi tujuan kita ingin terjadi perubahan Indonesia menjadi lebih baik.
S: Bagaimana akhirnya Slank memutuskan terlibat mendukung pasangan Jokowi-JK?
A: Saya juga tidak pernah kepikiran. Kita memutuskan mendukung Jokowi-JK di Pilpres kemarin, banyak hal yang harus dilakukan. Tadinya kita hanya ingin mendukung saja tapi ternyata terjadi fitnah, kampanye hitam, akhirnya masyarakat jadi buram. Mereka jadi tidak tahu mana yang bener, tidak bisa objektif memilih presidennya karena terlalu banyak fitnah. Saya pikir harus ada sesuatu yang dibikin. Saat itu saya putuskan untuk bikin konser Salam Dua jari di GBK pada 5 Oktober, tadinya tidak ada rencana. Ini harus ada semacam ledakan besar yang membuat orang memperhatikan itu. Itu yang saya lakukan.
S: Dan ledakan itu berhasil?
A: Iya, artinya masyarakat harus melihat kenapa orang mau dukung Jokowi dan siapa saja yang dukung Jokowi JK. Dan itu buat tanggal 5 Oktober itu konsepnya sederhana bahwa semua orang yang bekerja tidak dibayar, semua yang datang tidak dimobilisasi. Makanya pesannya bawa makanan sendiri, bawa alat solat sendiri. Dan, Alhamdulillah ledakan itu berhasil mencuri perhatian orang. Itu yang mengubah orang yang tadinya ragu memilih Jokowi akhirnya mendukung. Itu target kami saat itu. Tapi semuanya tidak pernah kepikiran melakukan itu sebelumnya. Buat saya gini, saat saya melontarkan ide saya bisa melakukan itu. Pada saat saya lontarkan ide itu, nggak ada yang mau jalani ya saya jalani.
S: Konser Salam Dua Jari dan syukuran kemarin pasti butuh banyak biaya. Uangnya darimana?
A: Dari komunitas-komunitas itu, sumbangan-sumbangan. Jadi kalau operasional dari kita-kita patungan. Setelah itu, dari komunitas semua datang, misalnya, ada yang nyumbang toilet umum, nyumbang bambu, nyumbang dekorasi bambu di atas monas. Kami bilang bagus nggak, mana fotonya, begitu jadi lho kok nggak seperti contohnya hahaha. Tapi nggak apa lah yang penting itu bukan bagus nggak-nya, tapi semua orang bisa terlibat, bisa berpartisipasi mensyukuri apa yang sudah dilakukan. Keterlibatan semua orang itu menjadi nomor satu.
S: Dari banyaknya relawan, kenapa Anda yang terpilih jadi ketua pelaksana? Bagaimana mekanisme pemilihan itu?
A: Saya tuh nggak pernah bilang kalau saya ketua. Jadi yang kemarin di GBK itu anak-anak yang bilang. Tapi dalam struktur kepanitiaan nggak ada. Kemarin juga gitu di acara syukuran. Tapi ketika kami mau izin tempat kan dibutuhkan nama, siapa yang bertanggung jawab ya semua menunjuk ke saya. Ya kalau ada apa-apa kejadian di Monas pasti saya yang dicari. Kemarin aja pengelola Monas sudah cari-cari saya hahaha. Dia bilang nanti kalau ada yang rusak di Monas saya akan cari Abdee. Buat saya gini, relawanship itu tidak akan pernah berhasil kalau ada yang menonjol. Kerelawanan itu akan berhasil kalau semua rata, semua punya peran. Begitu ada kelompok atau orang yang kelihatan lebih menonjol yang lain akan malas. Ngapain gue capek-capek tapi yang ngetop elu. Kalo saya ngetop karena Slanknya ngetop aja, hahaha.
S: Soal kekecewaan Jay Subiakto di acara pesta rakyat itu bagaimana?Jay bilang relawan di acara itu sudah tak sesolid ketika konser salam dua jari di GBK. Menurut kamu?