Suara.com - Sudah 20 tahun malang-melintang di blantika musik Tanah Air, nama penyanyi dangdut cantik Ikke Nurjanah seolah tak tergerus zaman. Di tengah serbuan pendatang baru, namanya masih diperhitungkan.
Demi eksistensi sebagai seorang penyanyi, mantan istri Aldi Bragi ini pun melebur dengan tren yang berkembang. Si pelantun lagu Terlena ini bahkan tak sungkan menembangkan lagu koplo.
Namun, di tengah geliat musik dangdut, perempuan beranak satu itu miris melihat aksi pembajakan yang semakin merajalela. Ditambah lagi pelanggaran hak cipta yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab.
Berikut kutipan wawancara suara. com (S) dengan Ikke Nurjanah (I) di Kampung Artis, Jakarta Timur belum lama ini.
S: Apa pendapat kamu menanggapi banyaknya jenis musik dangdut yang bermunculan saat ini?
I: Tren musik itu pasti ada dinamikanya, ada seleranya, ada yang upbeat, ada slow. Tapi buat aku wajib untuk semua musisi untuk berkarya dengan karakter kita masing-masing.
S: Menurut kamu dangdut harus dikotak-kotakkan?
I: Bukan masalah mengkotak-kotakkan, tetapi dangdut itu harus diwarnai. Itu yang saya pengin. Di antara tren yang ada harus ada jenis-jenis musik yang lain sehingga kita nggak bosan.
S: Kamu sendiri masuk golongan jenis musik dangdut yang mana?
I: Aku belakangan di lagu 'Sendiri Saja' memang original dangdut, mirip kayak lagu Terlena. Simple, tapi tetep bisa buat orang joget. Seperti yang aku lempar kemarin. Alhamdulillah masih mendapat tempat di masyarakat.
S: Boleh dibilang jenis musik dangdut sekarang adalah kemunduran?
I: Saya inginnya positif. Itu hak masing masing tapi ada tanggung jawab yang harus diimbangi selain tren. Kami harap isinya yang berbobot. Dangdut sekarang kan lebih light, simple, ringan. Meski ada aku harap dangdut tetap baik.
S: Kamu pernah merubah atau mengikuti tren dangdut masa kini?
I: Saya pernah melakukan itu. Pernah kerja sama dengan musisi dangdut terus lagu-lagu saya dinyanyikan dengan irama dangdut koplo.
S: Merasa tersaingi?
I: Saya sudah 20 tahun di musik ini, motivasinya bukan untuk bersaing lagi. Kalau bersaing untuk jenis musik nggak apa-apa. Tapi bersaing untuk terkenal, kayaknya nggak deh, capek juga soalnya.
S: Ngomong-ngomong, banyak musisi yang mengeluh lagunya dibajak rumah karaoke. Tanggapan mengenai hal ini?
I: Ada beberapa hal terakhir yang detail banget, seperti hak royalti dan hak cipta. Kalau memang ada hak-hak ada dan tidak diketahui, itu yang seharusnya dibenahi.
S: Bagaimana dengan hak kamu? Selama ini mendapatkan royalti?
I: Sejauh ini sih jelas. RBT jelas, tapi kalau lagu yang dibajak masyarakat nggak tahu. Karena sekarang kan mudah untuk download.
S: Menurut kamu bagaimana mengatasi pembajakan yang saat ini semakin sulit diberantas?
I: Solusinya adalah menjual dengan online kepada para fans. Karena kan sekarang sudah susah mencari toko-toko kaset yang menjual secara fisik. Makanya, saya dan fans mengambil sistem penjualan dengan cara online. Sebenarnya saya lebih ingin karya saya langsung sampai kepada orang yang mau mendengarkan. Kan itu sudah pasti asli, soalnya itu dari saya sendiri.
S: Sudah lama menggunakan metode ini?
I: Produk saya sudah 2-3 tahun lalu. Belakangan sih kerjasama sama label. Paling saya promosikan di sosial media lewat fans club.
S: Dari mana ide awalnya?
I: Saya merasa terpanggil karena banyak fans yang bertanya-tanya kok susah mendapatkan karya saya. Akhirnya saya buat wadahnya. Karena di toko belum tentu ada karya saya.