Suara.com - Setelah sebuah perang besar, sekelompok masyarakat itu akhirnya menyadari bahwa perbedaan membuat mereka terbelah. Lantas mereka memutuskan untuk menyingkirkan beragam perbedaan hidup mereka, hingga ras dan bahkan perasaan mereka.
Maka pada tahun 2048 itu, semua warga negara harus menghapus semua kenangan tentang kehidupan mereka sebelumnya. Dunia mereka adalah dunia yang seragam. Semuanya serba terkendali dan teratur. Tak ada konflik, ketakutan, atau kesakitan. Tapi juga tak ada namanya pilihan.
Semua orang menjalankan peran yang sudah ditetapkan untuknya untuk komunitas itu. Utopia! Itu juga yang harus dilakukan Jonas yang ditetapkan menjadi Dua Belas, dia terpilih menerima latihan khusus dari Sang Pemberi yang selama ini memegang ingatan akan rasa sakit sejati dan kenikmatan hidup yang sesungguhnya.
Masyarakat dalam Komunitas diajarkan untuk menganggap alam di luar mereka sebagai sesuatu yang misterius. Mereka belajar bahwa kematian bisa datang melalui suntikan.
Jonas pun lantas mengajarkan apa yang ia pelajari kepada temannya, Fiona. Ia memutuskan untuk berbagi gagasan perasaan dengannya. Fiona tidak yakin bagaimana dirinya bisa merasakan tentang perasaan.
Jonas juga berbagi memori dengan bayi bernama Gabe. Mereka mulai mengembangkan hubungan dekat setelah Jonas menemukan Gabe memiliki tanda yang sama di pergelangan tangannya, tanda potensi untuk dapat menjadi seorang Penerima Memori.
Jonas memutuskan bahwa setiap orang harus memiliki kenangan masa lalu dan akhirnya, Sang Pemberi dan Jonas memutuskan bahwa satu-satunya cara mereka agar dapat membantu masyarakat adalah dengan melewati 'perbatasan', yang selama ini mereka sebut sebagai tempat lain yang misterius.
Pada satu malam, Jonas berniat menyelinap keluar setelah sebelumnya mengambil Gabe di Pusat Pemeliharaan, yang bisa membuat siapapun lemah. Ia sempat menghadapi perpawanan dari temannya, Asher dan penolakan dari Fiona. Bahkan ibu Jonas juga menghalangi. Berhasilkah Jonas melewati perbatasan untuk menyelamatkan Fiona dari "pelepasan"? Temukan kisah itu dalam film "The Giver" yang mulai diputar di bioskop Minggu (28/9/2014).
Film yang mengangkat fiksi sosial Amerika yang disutradarai oleh Phillip Noyce ini diadaptasi dari novel laris berjudul sama karya Lois Lowry. Sedangkan skenarionya ditulis oleh Michael Mitnick dan Robert B. Weide . Seperti lazimnya film yang mengadaptasi novel, tantangan yang dihadapi Noyce adalah mewujudkan khayalan dalam novel itu ke layar.
Dan harus diakui, kali ini Noyce bisa dibilang kurang berhasil. Meski bertabur bintang macam Jeff Bridges, Meryl Streep, Brenton Thwaites, Alexander Skarsgård, Odeya Rush, Katie Holmes, dan Taylor Swift, "The Giver" tetap kurang meyakinkan. (The Guardian)