Professor Musik Rilis Album "Symphonic Tales of Indonesia"

Tomi Tresnady Suara.Com
Senin, 08 September 2014 | 20:24 WIB
Professor Musik Rilis Album "Symphonic Tales of Indonesia"
Tjut Nyak Deviana Daudsjah (paling kiri) luncurkan album Symphonic Tales of Indonesia. [Suara.com/Dinda]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Semua pasti mengetahui bahwa Indonesia adalah negara yang kaya, baik dari budaya, adat istiadat hingga kesenian yang dimiliki.

Tak terkecuali lagu daerah yang memiliki irama, filosofi dan makna tersendiri. Dari Sabang hingga Merauke, di Indonesia memiliki beragam lagu yang indah yang juga sarat dengan sejarah budayanya.

Sayangnya, kekayaan budaya Indonesia ini justru kurang diminati oleh banyak orang, terutama generasi muda.

Hal inilah yang mendorong Professor Musik  Tjut Nyak Deviana Daudsjah mengaransemen beberapa lagu daerah dan merekamnya dalam sebuah album yang ia beri judul Symphonic Tales of Indonesia.

Lagu-lagu daerah tersebut diiringi alunan orkestra dari kelompok Orchester der Kulturen Germany dan vokal dari Tompi. Deviana dan Tompi juga bergabung dalam grup musik Doktor & The Professor.

"Ini adalah bagian dari proyek yang ingin saya lakukan sejak dulu. Saya ingin mempromosikan budaya bangsa bukan ke luar, tapi justru ke dalam. Karena, masih banyak orang Indonesia sendiri yang belum mencintai kekayaan budayanya," ujar Deviana di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Senin (8/9/2014).

Tercatat ada 10 lagu dalam album tersebut, di antaranya Ayo Mama, Angin Mamiri, Papaya Cha Cha, dan Yamko Rambe Yamko.

Perempuan berusia 56 tahun yang juga penggagas Institut Musik Daya Indonesia (IMDI) ini berpendapat bahwa kita harus mampu memadukan dan berinovasi agar musik daerah bisa dikemas kekinian sehingga mengundang minat generasi muda untuk menyukai lagu daerah.

Untuk menyelesaikan lagu-lagu yang indah ini, Deviana dan tim menjalani proses rekaman di Jerman yang menghabiskan waktu sekitar tiga hari. Dalam pemilihan lagu, aransemen dan menyesuaikan dengan orkestra, butuh waktu sekitar satu bulan.

Album yang bertujuan untuk memperkenalkan dan melestarikan lagu daerah ini juga langsung diproduseri oleh Gita Wirjawan yang hadir di acara. Musisi Glenn Fredly, Sandhy Sondoro, dan Titiek Puspa juga turut hadir.

Tak heran jika perempuan berdarah Aceh ini bekerjasama dengan musisi Jerman. Dilansir dari Wikipedia, ia dia pernah jadi rektor International Music College (Jazz & Rockschulen Freiburg) di Jerman dari tahun 1990 hingga 1995. Salah satu proyek terbesarnya menyusun kurikulum pendidikan tinggi musik yang mana diakui oleh pemerintah Jerman.

Selama di Eropa, Deviana meraih beberapa penghargaan, di antara lain dua kali juara 1 vokalis di ajang Nasional Swiss, pianis terbaik Swiss, pendidik musik terbaik Jerman.

Pada tahun 1983 Deviana ditawari rekaman album oleh perusahaan rekaman dunia BMG Ariola dan Polygram, namun ia menolak oleh karena tidak ingin terikat pada kontrak selama 7 tahun.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI