Suara.com - Profesi artis tak selamanya akan memberikan keuntungan. Bagi mereka yang pintar, memanfaatkan nama besar dan kapital yang dimilikinya untuk menjalankan bisnis lain yang mungkin penghasilannya bisa lebih besar dari pekerjaan artisnya.
Seperti aktor Christian Sugiono, presenter Daniel Mananta, hingga musikus Rian d'Masiv berbagi cerita soal bisnis mereka kepada suara.com.
1. Christian Sugiono
Aktor yang mulai melejit lewat film Jomblo ini merupakan sedikit dari selebritis Tanah Air yang menekuni bisnis digital. Dia bersama dua orang temannya, Aryo Sayogha dan Aji mendirikan perusahaan bernama MBDC Media, induk dari situs malesbanget.com. MBDC sendiri adalah kependekan dari males banget dot com.
Tian, begitu dia biasa disapa, mulai serius merintis perusahaannya itu sejak 2011. Namun cikal bakal malesbanget.com sudah dimulai pada 11 tahun sebelumnya, tepatnya ketika Tian masih mengeyam pendidikan di Hamburg, Jerman.
Waktu itu, Tian bersama teman-teman dunia maya-nya, termasuk Aryo dan Aji bikin kanal 'malesbanget' di mIRC, sebuah tempat chatting yang populer di tahun 2000-an.
"Di situ kita sering ngobrol, cerita-cerita lucu. Terus kayaknya seru nih dan sayang kalo sekedar jadi bahan chattingan. Akhirnya kita bikin web. Dan sejak itu, obrolan kita selalu dimasukin ke web," kata Tian memulai cerita kepada suara.com di kantor MBDC, Grand Wijaya Center Blok C No 2, jalan Wijaya 1, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Kebetulan Tian tak ada kegiatan syuting saat suara.com berkunjung ke kantornya. Biasanya dia memantau roda perusahaan dari luar dan baru 'ngantor' jika ada rapat penting atau jadwal syutingnya kosong. "Dua dunia yang beda ini memang harus tetap jalan," ucapnya serius.
Lantas apa yang membuat suami artis Titi Kamal ini memilih internet sebagai lahan bisnisnya? Semua tak lepas dari minatnya pada teknologi, khususnya teknologi internet dan digital. Bukan Christian Sugiono namanya jika tak doyan teknologi.
"Pertama, gue suka IT, teknologi tuh gue banget. Kedua, gue suka nulis. Dulu gue juga sempat jadi kontributor sebuah majalah untuk liputan-liputan musik. Di MBDC gue juga nulis," ujarnya yang kini sudah memiliki 20 orang karyawan di perusahaannya.
Tian juga melihat industri internet berpotensi besar di Indonesia. Peluang itu, kata dia, bisa dimanfaatkan lewat berbagai sajian unik di portalnya, tak seperti kebanyakan situs yang menyajikan berita-berita serius.
Menurut Tian, konten malesbanget.com membahas keseharian orang-orang yang dibalut dengan sisi humor dan 'nyeleneh' melalui tulisan, foto, dan video. Pengunjung portalnya kebanyakan laki-laki.
Hasrat teknologi yang dimiliki Tian kembali ditumpahkan lewat usaha digital lainnya. Belum genap setahun, dia saat ini tengah sibuk dengan setipe.com, portal untuk mencari jodoh.
Pernah Diblokir Pemerintah
Hampir tiga tahun berjalan, tak jarang kendala yang ditemui Tian bersama timnya. Justru di awal-awal berdirinya MBDC, mereka mendapat tantangan serius lantaran situsnya dianggap memuat konten cabul sehingga sempat diblokir Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2011.
"Ternyata 'malesbanget' kalo bahasa inggrisnya, 'males' itu 'male' yang artinya laki-laki, 'banget' itu 'gangbang' (hubungan seksual yang dilakukan beberapa orang secara bergantian). Ya komputer ngebacanya gitu," katanya terbahak.
Kendala lainnya, dilanjutkan Tian, dia sulit mendapatkan penulis sesuai karakter MBDC. Dia ingin reporter atau penulis yang bekerja dengannya punya sense humor tinggi. "Akhirnya pas interviewnya kita suruh ngelawak aja deh, kalo kita ketawa berarti cocok," ucapnya.
Masalah selanjutnya yang tak kalah penting adalah mengenai manajemen. "Kita kan nggak pernah bikin perusahan besar. Secara struktur masih nggak ngerti. Seperti mengatur keuangan misalnya, dulu kita bingung mau ambil orang dengan gaji gede," kata Tian bercerita.
2. Daniel Mananta
Mulanya, hanya ada satu outlet. Jumlah kaos yang dijual 200an potong yang terdiri dari warna putih dan hitam saja. Desainnya pun cuma satu jenis; tulisan Damn I Love Indonesia (DILI).
Hampir enam tahun berjalan, usaha yang ditekuni presenter berwajah oriental itu sudah jauh berkembang pesat. Jumlah produk yang dijual bertambah sampai memproduksi 2000 potong kaos setiap dua bulan. Bukan hanya kaos, item yang ditawarkan sekarang bervariasi mulai dari kaos, topi, sweater, gantungan kunci, kemeja, kaus tangan buntung, dan masih banyak lagi.
"Dua ribu potong itu untuk satu desain saja dan seluruh otlet," kata Daniel ditemui suara.com di DILI Store, Kota Kasablanca, bilangan Tebet, Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Outlet yang dikunjungi suara.com merupakan satu dari delapan outlet yang dimiliki Daniel. Ada empat tersebar di Jakarta dan sisanya di Makassar, Surabaya, dan Bali. Rencananya, dia juga akan membuka lagi di Bandara Soekarno Hatta.
Daniel dan beberapa temannya mulai menekuni bisnis itu dari tahun 2008. Nama 'Damn' yang dipakai awalnya ide dari salah satu sahabatnya. "Damn itu singkatan dari Daniel Mananta," ucapnya tertawa.
"Terus gue mikir kenapa nggak Damn I Love Indonesia aja? Saat itu menurut gue kita lagi krisis patriotisme. Kenapa? Gue ngobrol sama salah satu temen gue, dia lahir di Indonesia, besar di Indonesia, sekolah di Indonesia. Parahnya kalo gue tanya tentang Indonesia jawaban dia selalu negatif," ucapnya bercerita.
Satu-satunya yang bisa dibanggakan menurut Daniel adalah kekayaan alam dan budaya yang dimiliki Indonesia. Dia berpendapat seperti itu karena tak sedikit produk budaya Tanah Air diklaim kepemilikannya oleh negara lain.
Sebagai public figure, Daniel merasa perlu memberikan inspirasi kepada penggemarnya agar mencintai negerinya sendiri lewat produk yang dijual. "Apalagi sekarang orang-orang suka pamerin sesuatu di media sosial," ujarnya.
Keberhasilan Daniel dengan brand miliknya tak lepas dari promo yang dilakukan. Misalnya, tak sedikit artis mancanegara yang datang ke Indonesia diberikan produk DILI oleh Daniel. Dia bekerjasama dengan Event Organizer yang memboyong si artis datang ke sini.
"Sebetulnya ide gue itu muncul dari fans artis yang datang itu. Mereka sering kasih idolanya kaos Damn I Love Indonesia sebagai kenang-kenangan," ucapnya yang enggan menyebut keuntungan bisnisnya dalam setahun.
Ditipu Karyawan
Daniel bersyukur karena selama menggeluti bisnis tersebut tak pernah mengalami penurunan penjualan. Yang ada kata dia, justru selalu bertambah. Menurutnya, kesulitan yang sering ditemui adalah masalah integritas para pegawainya.
"Kita pernah punya karyawan. Ternyata dia tukang tipu, korup banget, di mark up-nya gede-gedean. Padahal gaji yang kita berikan udah terbaik. Kita juga ada Jamsostek juga kok," katanya.
Hal itu diakui Daniel tak terjadi sekali dua kali. Belum lagi masalah yang muncul karena ada perbedaan pendapat antara founder.
"Jadi pasang surutnya itu adalah sulit menciptakan leader-leader baru. Dan gue dan partner gue harus bisa menyatukan sinergi," ucapnya.
3. Rian d’Masiv
Rian Eki Pradipta adalah musisi berbakat dengan banyak hit lagu yang telah dihasilkannya. Vokalis sekaligus pencipta lagu untuk band d’Masiv itu bijak dalam mengelola keuangannya selama berkarier di musik.
Dia sejak 2012 lalu sudah merambah bisnis salon rambut dengan bendera REP d’Salon, dan membuka lagi bisnis pakaian yang penjualannya melalui online.
Kadang seseorang menjalankan bisnis berawal dari ide-ide yang tak pernah ia duga sebelumnya. Termasuk Rian, ia membuka usaha salon yang berhubungan dengan rambut karena sejak SD hingga detik ini selalu dipotong rambutnya oleh Tante Deasy, kakak dari ayah kandung Rian.
“Pernah sekali ke orang hasilnya hancur. Trauma, males, akhirnya gue gak pernah potong sama orang lain. Sama tante gue terus,” kata Rian kepada suara.com di Jakarta, belum lama ini.
Melihat pelanggan Deasy berjumlah ribuan, Rian akhirnya putar otak. Ia bertekad harus bisa menjalankan bisnis salon rambut yang nantinya dikelola oleh tantenya itu.
“Gue mikir, gue ada rezeki kenapa gak bantu tante aja bikin salon sendiri. Dan, alhamdulillah pas ada rezeki, gue bilang, De (Rian panggil Deasy, Bude) bikin salon sendiri aja. Ya, udah akhirnya gue yang ngedanain aja. Jadi semuanya yang ngelananin tante,” cerita Rian.
Berapa modal yang harus dikeluarkan Rian untuk pertama kali membuka bisnis salon rambut? Dia merahasiakan, namun ia memastikan modal yang dikeluarkan ratusan juta rupiah.
Rian memilih tempat strategis untuk salon miliknya bernama REP d’Salon yang dikelola oleh tantenya bernama Deasy D Gayatri. Salon tersebut berada di kawasan emas, Jalan Senopati Raya No. 74, Jakarta Selatan.
“Nyewa tempat setahun aja bisa Rp250 juta. Karena memang tempatnya strategis banget. Dan alhamdulillah setiap bulannya gue ada tambahan lagi, musik jalan terus, manggungnya jalan, sekarang lagi rencana istri gue bikin PT untuk kerjainbanyak hal,” kata pelantun Jangan Menyerah itu.
Rian menjalani salon untuk start awal terbilang sukses. Terang saja, karena tantenya punya pelanggan yang sangat setia.
“Di mana pun tante gue kerja, pelanggannya ikut terus,” ujarnya.
Walau sudah meraih keuntungan yang bagus, Rian belum tertarik membuka cabang baru. Ia ingin salonnya itu benar-benar berkembang pesat.
Rian juga menjalankan konsep bisnis keluarga. Ia beralasan, keluarga bisa lebih dipercaya dibandingkan orang lain.
“Gue percaya ya, enggak akan menipu kita. Lebih percaya-lah, kalau ditinggal pun tinggal nanya, gimana pemasukannya?,” kata suami dari Sri Ayu Murtisari itu.