Suara.com - Keprihatinan artis Happy Salma melihat rekam jejak pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di Indonesia membuat dirinya tergugah untuk membuat sebuah film pendek. Dia dibantu sastrawan Putu Wijaya sebagai penulis naskahnya.
"Film ini persis tentang kegiatan Kamisan tujuh tahun lalu, di mana keluarga korban (pelanggaran HAM) berdiri di depan Istana Negara setiap hari kamis lebih dari 300 kali," kata Happy ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (12/5/2014).
Ide pembuatan film yang akan diharamkan di era Orde Baru, muncul setelah Happy bertemu dengan anak kecil yang berorasi tentang pamannya yang hilang.
"Dia cerita tentang pamannya yang hilang sampai sekarang. Pamannya seorang aktivis HAM," ujar istri dari Tjokorda Bagus Dwi Santana Kertayasa ini.
Dari pertemuan itu, Happy menulis sebuah cerita pendek dan sempat dimuat di sebuah surat kabar. Dari cerita pendek itu ia menggambarkannya ke dalam sebuah film.
"Jadi saya ingin memberikan sesuatu. Sebuah dukungan moral lah. Kita harus melawan lupa. Film ini diperuntukan untuk para pejuang HAM," ucap bintang film Sang Penari ini.
"Kalo hilang kan kita berharap akan ada yang balik lagi. Yang menghilangkan harus minta maaf kepada keluarga korban dan diproses secara hukum," harapnya.