Suara.com - Kehilangan atas kepergian pemain biola senior Idris Sardi dirasakan salah satu anak perempuan almarhum bernama Ajeng. Di penghujung usia, almarhum belum bisa mewujudkan keinginannya berkolaborasi dengan putri tercinta.
"Punya PR untuk rekaman bareng tapi nggak sempat. Momen terakhir itu susah banget pelajarin lagunya. Saya nggak nyangka kemarin jadi momen terakhir kami," kata Ajeng, saat ditemui di mesjid Al Hidayah, Bumi Cimanggis Indah, Depok, Jawa Barat, Senin (28/4/2014).
Kesedihan serupa juga dirasakan anak lelaki almarhum, aktor Lukman Sardi. Dengan raut wajah sedih Lukman menemani sang ayahanda di rumah duka untuk terakhir kalinya. Begitu dalam kesedihan yang dirasakan, pemeran film Sang Pencerah itu belum bersedia memberikan komentar.
Semasa hidup, Idris Sardi dikenal sebagai maestro violis (pemain biola). Lelaki kelahiran Jakarta, 7 Juni 1938, ini pertama kali mengenal biola pada usia enam tahun. Di usianya sepuluh tahun, Idris Sardi mendapat sambutan hangat pada kemunculan pertamanya di konser Akademi Musik Indonesia (AMI) di Gedung Negara, Yogyakarta pada 1949.
Ketika ayahnya, M. Sardi meninggal dunia pada 1953, Idris menggantikan kedudukan sebagai violis pertama merangkap pimpinan Orkes RRI Jakarta. Saat itu, usianya baru usia 14 tahun. Kesempatan itulah yang kemudian mengantarkan kemampuannya dikenal dunia sebaga maestro biola.
Ayah dari aktris film Santi Sardi dan aktor Lukman Sardi itu dalam karirnya pernah mendapat penghargaan sebagai komponis dan ilustrator film. Ia beberapa kali menang piala Citra untuk Penata Musik Terbaik dalam Festival Film Indonesia. Masing-masing film Pengantin Remaja (1971), Perkawinan (1973), Cinta Pertama (1974) dan Doea Tanda Mata (1985).
Idris Sardi meninggal dunia Senin (28/4/2014) pukul 07.25 pagi WIB. Almarhum menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit Meilia Cibubur, Jakarta Timur akibat slem (dahak/lendir) di organ paru-parunya. Usia salat Dzhuhur jenazah Idrsi Sardi dikebumikan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo, Jakarta Selatan.