Warna-warni Kisah Para Mahasiswi Bintang Porno

Kamis, 10 April 2014 | 17:42 WIB
Warna-warni Kisah Para Mahasiswi Bintang Porno
Spencer Scott, salah satu bintang porno yang juga mahasiswi. (Akun Twitter Spencer Scott)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di Amerika Serikat (AS) yang bisa disebut sebagai salah satu pusat berkembangnya industri pornografi, keberadaan para bintang porno yang masih berstatus mahasiswi atau pelajar, dulunya mungkin tergolong jarang ditemukan. Entah kalau itu cuma karena jarang terungkap ke permukaan. Namun fenomena itu tampaknya mulai berbeda belakangan.

Sebutlah salah satunya Spencer Scott, sosok berusia 25 tahun yang merupakan mahasiswi jurusan kosmetologi (berhubungan dengan kosmetik) di sebuah universitas di AS. Perempuan muda yang mengimpikan kelak punya salon sendiri, ini mengaku berencana sudah akan "pensiun" dari industri pornografi dalam beberapa tahun mendatang.

Scott pindah ke Los Angeles dari Georgia pada tahun 2007 lalu, saat masih berumur 18 tahun. Awalnya dia hanya jadi model biasa, namun sejak berjumpa seorang Playboy Playmate, dia memutuskan untuk juga menjadi model telanjang. Scott bahkan tak lama terpilih jadi "Playmate of the Month", pada Oktober 2007. Lantas, tak lama seusai muncul di serial TV The Girls Next Door, Scott pun mulai terlibat di berbagai video porno.

Meskipun sadar bahwa mungkin sudah jutaan pasang mata yang menyaksikan dan memelototi tubuh telanjangnya, Scott mengaku pekerjaannya di industri pornografi tidak termasuk hal yang suka ia bicarakan di kampus.

"Itu seperti membuatmu berada dalam posisi sosial yang canggung," kata Scott. "Saya benar-benar menghindarinya (membicarakan itu). Saya tak bicara pada siapa pun. Saya hanya katakan saya kuliah," tambahnya.

Meski begitu, menurut Scott pula, jika dia mulai mengenal orang secara lebih dekat, dan dirinya merasa mereka bukanlah tipe yang suka memvonis atau menyalahkan kehidupan orang lain, maka mungkin saja dia siap berbagi kisah. Namun, Scott menegaskan, bahwa hampir selalu orang-orang yang diajaknya bicara itu akan merasa kaget.

Situasi yang jauh dari sekadar "kaget" mungkin, lebih tepat digambarkan untuk apa yang terjadi pada mahasiswi tahun pertama Duke University, Belle Knox, beberapa bulan lalu. Tak lama setelah sebagian besar orang tahu Knox juga menjalani pekerjaan sebagai bintang porno di luar kampus, mahasiswi itu segera merasakan ketidaknyamanan. Tidak saja dengan orang-orang yang ia jumpai di kampus, e-mail tiada henti berisi kebencian dan ancaman terhadap dirinya maupun keluarganya, pun harus dirasakan Knox sejak saat itu.

Para pelajar di Duke mungkin sebelumnya tak tahu soal keberadaan rekan sesama mahasiswi yang juga bekerja di industri pornografi selama ini. Namun, seperti diutarakan sejumlah bintang porno perempuan pula, sebenarnya mereka cukup banyak. Salah satu yang mengakuinya adalah Tasha Reign, sosok yang juga masih berstatus mahasiswi.

Berbeda dengan Scott yang menekankan masalah privasi sehingga tak ingin menyebut nama kampusnya, Reign termasuk yang jauh lebih terbuka. Mahasiswi di University of California-Los Angeles (UCLA) ini bahkan menyebut, bahwa jika tak ada persoalan dalam hal privasi, perhatian yang diberikan terhadap mereka di kampus malah bisa menyenangkan.

Sama dengan Scott, Reign juga mengaku bahwa berpose telanjang adalah sesuatu yang sudah sejak lama jadi ketertarikannya. Kedua sosok perempuan ini terjun ke pornografi memang bukan untuk membiayai kuliah, sesuatu yang merupakan motivasi utama bagi sosok seperti Knox. Kuliah bagi Scott dan Reign, juga lebih sebagai satu pilihan kehidupan yang ingin dijalani sehari-hari, di luar pekerjaan mereka di industri film dewasa.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI