
Dirut BRI: Bullion Bank Mengoptimalkan Cadangan Emas, Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi
Suara.com - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Sunarso, menjelaskan bahwa emas yang disimpan oleh masyarakat bisa dimanfaatkan sebagai sumber dana untuk pembangunan melalui layanan bank emas (bullion bank).
Menurutnya, Indonesia memiliki cadangan emas yang sangat besar, baik yang masih ada di alam, hasil tambang, maupun yang dimiliki oleh masyarakat. Namun, emas milik masyarakat ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh sistem keuangan nasional.
"Emas yang dimiliki masyarakat belum kita manfaatkan sepenuhnya untuk mendukung pembangunan. Oleh karena itu, kami membentuk bank emas atau layanan bullion untuk mengoptimalkan cadangan emas ini," ujar Sunarso dalam konferensi pers peluncuran layanan bank emas di Jakarta, Rabu lalu.
Dengan memanfaatkan emas masyarakat sebagai sumber likuiditas, Sunarso yakin bahwa pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia bisa lebih cepat. Ia mengingatkan bahwa pada tahun 1988, Paket Kebijakan Oktober (PAKTO) berhasil mengumpulkan uang masyarakat ke dalam sistem perbankan, yang kemudian digunakan untuk mendukung pembangunan.
Kini, dengan adanya bank emas, emas yang dimiliki masyarakat bisa dioptimalkan oleh lembaga keuangan seperti Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia (BSI) untuk mendukung pembangunan.
Sunarso menambahkan bahwa rencana pembentukan bank emas sudah dipersiapkan sejak lama, sesuai arahan dari pemerintah. Berdasarkan kajian yang dilakukan, Indonesia saat ini menempati posisi keenam sebagai negara dengan cadangan emas terbesar di dunia, yaitu sekitar 2.600 ton. Namun, produksi emas Indonesia baru mencapai 110 ton per tahun, menjadikannya produsen emas terbesar kedelapan di dunia.
Meskipun Indonesia mengekspor emas senilai sekitar 5,4 miliar dolar AS tahun lalu, negara ini juga masih mengimpor emas senilai 2,6 miliar dolar AS. Sunarso berharap, dengan adanya bank emas, nilai tambah dari emas bisa ditingkatkan di dalam negeri. Artinya, Indonesia tidak hanya mengekspor emas dalam bentuk mentah, tetapi juga memproduksi produk turunan emas yang bernilai lebih tinggi.
"Tujuan lain dari pembentukan bank emas adalah meningkatkan nilai tambah emas. Dari bahan mentah, emas bisa diolah menjadi berbagai produk turunan. Ini diperkirakan bisa menciptakan 1,8 juta lapangan kerja baru dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar Rp245 triliun," jelas Sunarso, dikutip dari Antara.
Pada Rabu, layanan bank emas yang dioperasikan oleh Pegadaian dan Bank Syariah Indonesia (BSI) resmi diluncurkan oleh Presiden RI, Prabowo Subianto. Menjelang HUT Ke-80 RI, Prabowo menyatakan bahwa ini adalah pertama kalinya Indonesia memiliki bank emas. Ia berharap, kehadiran bank emas ini bisa memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia, seperti meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp245 triliun, menciptakan 1,8 juta lapangan kerja baru, dan memperluas cadangan devisa negara.
Sebelumnya, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) telah mendapatkan izin usaha bullion dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 12 Februari 2025. Pegadaian juga telah memperoleh izin serupa pada 23 Desember 2024. OJK sendiri telah menerbitkan Peraturan OJK (POJK) Nomor 17 Tahun 2024 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Bullion pada Oktober 2024 sebagai landasan hukum untuk operasional bank emas ini.
Dengan adanya bank emas, diharapkan potensi emas yang dimiliki Indonesia, baik yang ada di alam maupun yang dimiliki masyarakat, bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.