Dirut BRI Sentil Kreator Konten Saham: Pahami Fundamental, Jangan Menebar Ketakutan

Dirut BRI Sentil Kreator Konten Saham: Pahami Fundamental, Jangan Menebar Ketakutan


Suara.com - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), Sunarso, menyoroti dampak negatif dari kehadiran konten kreator di platform digital yang membahas saham secara tidak bertanggung jawab. Menurutnya, konten-konten tersebut, terutama yang cenderung menakut-nakuti investor, dapat mengganggu stabilitas pasar modal Indonesia. Hal ini disampaikan Sunarso dalam sebuah pernyataan pada Senin (17/2/2025) lalu.

Sunarso mengungkapkan kekhawatirannya bahwa konten kreator yang kerap menyebarkan informasi menyesatkan atau terlalu dramatis dapat membuat investor ritel, terutama pemula, menjadi takut untuk berinvestasi di pasar saham. Padahal, menurutnya, yang paling penting bagi investor adalah memahami kondisi fundamental dari emiten (perusahaan yang sahamnya diperdagangkan).

“Investor harus mendapatkan literasi yang tepat, bukan dihantui oleh ketakutan yang tidak berdasar,” tegas Sunarso.

Lebih lanjut, Sunarso menegaskan bahwa konten-konten semacam ini dapat mengganggu program-program edukasi dan pengembangan pasar modal yang telah dirancang oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia menekankan bahwa tidak semua investor harus diarahkan untuk menjadi trader jangka pendek. Sebaliknya, investor perlu diajarkan pentingnya menabung saham secara jangka panjang sebagai bagian dari strategi investasi yang sehat. “Kalau semua investor hanya ditakut-takuti dan akhirnya menjadi trader semua, ya maaf, uang Rp 100 juta pun tidak akan cukup,” ujarnya.

Sunarso juga menyoroti kinerja BRI yang menurutnya tetap solid meskipun menghadapi tantangan ekonomi. Ia mengakui bahwa pertumbuhan laba BRI saat ini cenderung stagnan, namun ia tetap bangga karena BRI mampu mempertahankan laba bersih sebesar Rp 60 triliun.

“Tidak banyak bisnis di Indonesia yang mampu menghasilkan laba bersih sebesar Rp 60 triliun. Ini adalah pencapaian yang patut diapresiasi,” ucapnya.

Ia menambahkan, laba bersih sebesar itu sebenarnya bisa dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham jika diizinkan. Sunarso pun membandingkan kinerja BRI dengan bisnis-bisnis lain, seperti konten kreator YouTube atau penyelenggara kelas-kelas saham yang marak belakangan ini.

“Bisnis apa yang bisa menghasilkan profit Rp 60 triliun? Bisnis YouTube? Atau bisnis kelas-kelas saham yang sekarang banyak bermunculan?” tanyanya retoris.

Edukasi Investor Jadi Kunci

Sunarso menekankan pentingnya edukasi yang tepat bagi investor, terutama investor ritel, agar tidak mudah terpengaruh oleh konten-konten yang tidak bertanggung jawab. Ia berharap agar para konten kreator dapat lebih bijak dalam menyampaikan informasi terkait saham dan tidak hanya mengejar popularitas dengan konten yang sensasional.

Dengan fundamental yang kuat, Sunarso optimis bahwa BRI akan terus menjadi pilihan utama bagi investor. Ia juga berharap agar pasar modal Indonesia dapat tumbuh lebih sehat dengan dukungan edukasi yang tepat dan konten-konten yang berkualitas.

“Kita perlu membangun kepercayaan investor, bukan ketakutan,” pungkasnya.

Komentar Sunarso ini muncul di tengah maraknya konten-konten investasi saham di platform digital, terutama YouTube dan media sosial. Fenomena ini memang membawa dampak positif dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap investasi saham.

Namun, di sisi lain, banyak juga konten yang cenderung sensasional dan tidak mendidik, sehingga berpotensi menyesatkan investor pemula. Edukasi yang tepat dan regulasi yang ketat terhadap konten investasi menjadi kunci untuk menjaga stabilitas pasar modal Indonesia ke depan.