Generasi Muda Terjebak Latte Factor, BRI Beri Edukasi Finansial Demi Masa Depan
Suara.com - Di tengah perkembangan dunia yang semakin pesat, anak muda juga menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan mereka, salah satunya adalah fenomena pinjaman online (pinjol).
Menanggapi hal ini, BRI telah merancang berbagai strategi untuk memberikan solusi keuangan yang mendukung nasabah serta membantu mereka dalam mengelola keuangan dengan lebih baik.
Direktur Bisnis Konsumer BRI, Handayani, menjelaskan bahwa banyak anak muda saat ini terjebak dalam apa yang disebut "Latte Factor." Istilah ini merujuk pada pengeluaran kecil yang tampak sepele, seperti biaya kopi, langganan streaming, atau makanan kekinian. Meskipun terlihat tidak signifikan, jika dijumlahkan, pengeluaran ini dapat menguras dompet.
Kurangnya literasi keuangan menjadi salah satu penyebab anak muda mengalami pemborosan. Banyak dari mereka yang meskipun memiliki penghasilan yang cukup, tetap tidak memiliki tabungan, dana darurat, atau investasi. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk mulai melakukan perencanaan keuangan sejak dini.
Handayani memberikan contoh sederhana tentang perencanaan keuangan dengan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah hal-hal dasar yang penting untuk kelangsungan hidup seperti tempat tinggal, pakaian, makanan, dan biaya kesehatan. Sedangkan keinginan adalah hal-hal yang tidak mendesak dan bisa ditunda atau diganti, seperti barang-barang bermerek atau gadget terbaru.
Selain itu, maraknya pinjaman online juga menjadi perhatian. Data dari OJK menunjukkan bahwa banyak generasi muda, termasuk pelajar dan karyawan, terjebak dalam pinjol dengan persentase mencapai 12%. Salah satu penyebabnya adalah kemudahan akses teknologi dan internet.
Pinjaman online menawarkan proses pengajuan yang praktis dengan syarat yang mudah serta persetujuan yang cepat. Hal ini menarik minat banyak orang. Ditambah lagi, kondisi keuangan yang tidak stabil membuat mereka tidak siap menghadapi kebutuhan mendesak. Gaya hidup konsumtif juga berkontribusi pada kesulitan dalam mengatur keuangan. Kurangnya informasi mengenai pinjaman formal dan edukasi keuangan membuat mereka lebih mudah tergoda untuk mengajukan pinjol.
Kehadiran pinjaman online berpotensi mengubah lanskap industri perbankan di Indonesia. Namun, ini juga menjadi peluang bagi bank untuk mempercepat transformasi digital mereka. "Bank harus lebih cepat dalam mengembangkan produk digital agar dapat bersaing dengan platform pinjaman online yang menawarkan kemudahan akses dan layanan cepat," tambah Handayani.
BRI telah meluncurkan BRIGuna Digital melalui platform BRImo sebagai bagian dari strateginya untuk menarik kembali nasabah yang mungkin beralih ke pinjol.
BRImo adalah aplikasi super BRI yang menyediakan lebih dari 100 fitur untuk memenuhi berbagai kebutuhan perbankan masyarakat. Nasabah dapat melakukan berbagai transaksi mulai dari menabung hingga berbelanja online dalam satu aplikasi.
BRImo juga menawarkan fasilitas kredit konsumtif dan produktif dengan sumber pembayaran dari penghasilan tetap. Dengan fitur ini, pengguna dapat mengakses pinjaman dengan mudah sambil tetap mengelola keuangan secara bijak.
Pengajuan pinjaman di BRImo dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja secara digital dalam waktu sekitar 15 menit dengan bunga yang kompetitif. Selain itu, BRI juga aktif memberikan program edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan keuangan yang baik.
"BRI berkomitmen untuk memberikan literasi keuangan kepada berbagai segmen masyarakat, mulai dari anak muda hingga pensiunan. Kami juga rutin mengunjungi universitas untuk meningkatkan pemahaman anak muda tentang cara mengelola keuangan serta memilih instrumen investasi sambil menghindari pinjaman online," tutup Handayani.