Rahasia BRI Jaga Kualitas Aset: NPL Coverage 215%, DPK Tembus Rp1.362 Triliun
Suara.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp1.353,36 triliun hingga akhir triwulan III-2024, mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 8,21 persen. Seiring dengan pencapaian tersebut, BRI juga mampu menjaga kualitas asetnya dengan baik, yang terlihat dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang terus membaik. Pada triwulan III-2024, rasio NPL tercatat sebesar 2,90 persen, lebih baik dibandingkan dengan 3,07 persen pada periode yang sama tahun lalu.
Selain NPL, perusahaan juga mencatat rasio Loan at Risk (LAR) yang lebih baik, turun dari 13,80 persen pada akhir triwulan III-2023 menjadi 11,66 persen pada akhir triwulan III-2024.
Direktur Manajemen Risiko BRI, Agus Sudiarto, menjelaskan bahwa penurunan NPL didukung oleh berbagai strategi yang diterapkan dalam pengelolaan kredit, mulai dari front-end hingga back-end.
"Di front-end, kami memperketat proses underwriting untuk kredit baru dan melakukan supervisi terhadap kredit yang sudah ada. Sejak awal triwulan II-2024, kami memang telah memperketat proses di front-end," ungkap Agus dalam konferensi pers di Jakarta pada Rabu, 30 Oktober 2024.
Agus menambahkan bahwa pengetatan seleksi kredit untuk debitur baru dilakukan dengan kriteria tertentu sehingga debitur yang mengajukan kredit dapat tersaring dan NPL BRI mengalami penurunan.
"Kami menyadari ada kenaikan rasio NPL di kuartal pertama tahun ini, namun dengan berbagai strategi yang kami terapkan, tidak hanya NPL yang turun tetapi juga LAR," tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama BRI Sunarso menyatakan bahwa penurunan rasio NPL dan LAR ini didukung oleh penerapan manajemen risiko yang disiplin di seluruh lini bisnis. BRI secara aktif memantau kualitas kredit dan menggunakan Early Warning System untuk mendeteksi potensi masalah kredit sejak dini. Selain itu, BRI juga memperkuat tim recovery untuk menangani kredit bermasalah dengan lebih cepat dan efisien.
Di samping peningkatan kualitas kredit, BRI juga memastikan pencadangan yang memadai dengan NPL Coverage sebesar 215,44 persen.
"BRI telah melaksanakan berbagai langkah mitigasi risiko, mulai dari pertumbuhan selektif, pemantauan proaktif terhadap kredit, penguatan pencadangan, hingga penyelesaian kredit bermasalah secara kolaboratif bersama nasabah," tambah Sunarso.
Dari sisi kewajiban, BRI berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1.362,42 triliun atau tumbuh 5,59 persen secara tahunan. Komposisi dana murah (CASA) masih mendominasi DPK BRI dengan porsi mencapai 64,17 persen atau meningkat dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yaitu 63,64 persen.
Salah satu faktor utama dalam peningkatan penghimpunan dana murah adalah transformasi digital yang dilakukan oleh BRI. Hingga akhir September 2024, jumlah pengguna BRImo mencapai 37,14 juta dengan volume transaksi mencapai Rp4.034 triliun atau tumbuh 35,20 persen secara tahunan.