Alasan BRI Kembangkan Solusi Berbasis Blockchain, Utamakan Kepercayaan Nasabah
Suara.com - Pengembangan teknologi blockchain terus dilakukan oleh berbagai industri di Indonesia. Kabar terbaru datang dari Bank Rakyat Indonesia (BRI), yang mengaku tengah mengembangkan proyek percontohan berbasis blockchain.
Dalam acara Indonesia Blockchain Conference (IBC), Direktur Pengembangan Perbankan Digital BRI, Nitia Rahmi, menjelaskan bahwa pihaknya mengembangkan proyek tersebut untuk memastikan transparansi dan keamanan dalam transaksi bisnis serta rantai pasokan.
Kondisi ini dipercaya akan mendorong gelombang adopsi blockchain secara masif di Indonesia, mengingat BRI merupakan salah satu lembaga perbankan terbesar di Indonesia yang mengelola 82,2 juta nasabah per Maret kemarin.
“Kami berkomitmen untuk mengeksplorasi Web3 dan mengembangkan solusi berbasis blockchain dengan membentuk tim sertifikasi khusus,” jelasnya dalam keterangan resmi.
Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan infrastruktur digital dan kemampuan inovatif perusahaan, serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan teknologi.
Selain itu, BRI juga menjalin kerja sama dengan platform infrastruktur pembayaran global, Mercuryo, untuk membuka akses pembayaran fiat-to-crypto secara mudah. Jalinan kolaborasi ini melibatkan perusahaan pelat merah lainnya, Bank Negara Indonesia (BNI), serta penyedia wallet digital dan sistem pembayaran non-tunai seperti ShopeePay, Dana, LinkAja, OVO, dan QRIS untuk menjadi bagian dari ekosistem Mercuryo.
Pengembangan teknologi blockchain juga dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). Otoritas moneter tanah air itu sudah lama menggarap proyek berbasis blockchain dalam rangka penerbitan mata uang digital besutan bank sentral alias central bank digital currency (CBDC).
Dalam kesempatan yang sama, BI menekankan bahwa pihaknya tengah menjajaki kerja sama internasional untuk mengatasi tantangan dalam transaksi digital.
Saat meluncurkan whitepaper yang menguraikan CBDC rupiah digital, BI meyakini bahwa pengembangan mata uang digital bank sentral di masa depan bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan.