Kredit Mikro Melambat, BRI Punya Strategi Adaptasi Perkembangan Ekonomi
Suara.com - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), yang fokus pada segmen UMKM, menyadari adanya penurunan permintaan di segmen mikro. Akibatnya, BRI lebih memilih untuk memprioritaskan kualitas aset di segmen tersebut daripada sekadar mengejar pertumbuhan.
Direktur Utama BRI, Sunarso, menyatakan bahwa di lapangan, kualitas kredit di segmen UMKM, terutama mikro, memang sedang menurun. Kondisi ini masih dipengaruhi oleh dampak pandemi Covid-19.
"Sebenarnya, kredit yang menjadi NPL (non-performing loan) itu terutama terjadi di segmen mikro. Ini adalah dampak dari pandemi yang belum sepenuhnya selesai," kata Sunarso pada Kamis (29/8).
Sebagai informasi, pada semester I-2024, segmen mikro BRI mencatatkan NPL sebesar 2,95%. Angka ini memburuk dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,23%.
Namun, Sunarso memastikan bahwa situasi ini masih dapat diatasi, mengingat BRI memiliki pencadangan yang cukup besar, yaitu dua kali lipat dari jumlah NPL yang dimilikinya.
"Saya yakin masalah ini bisa diselesaikan dalam satu tahun," ujarnya.
Di sisi lain, Sunarso juga menyatakan bahwa BRI tidak akan terlalu fokus pada pertumbuhan kredit di segmen mikro. Ia menyadari bahwa laju pertumbuhan kredit di segmen tersebut telah melambat.
Merujuk pada kinerja semester pertama tahun ini, kontribusi kredit mikro terhadap total kredit BRI turun menjadi 46,6% dari sebelumnya 48,1%, meskipun masih terdapat pertumbuhan sebesar 7,8% secara tahunan (year on year/yoy).
Lebih lanjut, Sunarso mengakui adanya peluang untuk meningkatkan kredit di segmen korporasi. Namun, ia menegaskan bahwa BRI tetap berkomitmen sebagai Bank UMKM, di mana portofolio kredit di segmen ini akan tetap mendominasi.
Ia juga menyebut bahwa pertumbuhan kredit di segmen korporasi dilakukan dengan sangat selektif, terutama memilih perusahaan yang memiliki rantai nilai (value chain) di segmen mikro.