Strategi BRI Hadapi Era Digitalisasi
Suara.com - Digitalisasi memaksa bank menghadapi berbagai tantangan karena adanya perubahan dalam perspektif bisnis dan strategi operasional, termasuk operasional kantor cabang.
Direktur Utama BRI, Sunarso, menjelaskan bahwa saat ini BRI menerapkan strategi digitalisasi secara bertahap untuk mengikuti perubahan di dunia digital dan sosial.
“Menanggapi dampak digitalisasi ini tidaklah mudah. Jika kami langsung menerapkan digitalisasi, sebagian nasabah mungkin belum siap. Namun, jika tidak segera memulai digitalisasi, kami bisa tertinggal. Oleh karena itu, strategi kami adalah melakukan digitalisasi secara bertahap,” jelasnya dalam Public Expose Live pada pekan ini.
Strategi jangka panjang BRI adalah mempersiapkan infrastruktur digital, termasuk penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Dia menyebutkan bahwa penerapan teknologi ini di BRI akan menimbulkan tantangan, terutama di daerah terpencil yang belum siap sepenuhnya untuk layanan digital. Karena itu, BRI tetap akan melayani secara manual di daerah-daerah tersebut.
“Strategi jangka pendek kami adalah mengadopsi konsep hybrid bank. Kami mulai mengurangi jumlah cabang dan beralih ke branchless banking melalui Agen BRILink. Kami berbagi peran dengan masyarakat melalui warung-warung,” ujarnya.
Secara internal, Sunarso menjelaskan, hubungan bisnis BRI dengan warung-warung dilakukan secara digital, sementara interaksi antara warung dan nasabah tetap berlangsung secara konvensional.
Menurutnya, ketika proses ini sepenuhnya digital, transisi dari layanan konvensional ke digital akan menjadi lebih mudah.
Dari presentasi perusahaan diketahui bahwa BRI mengalami pengurangan jumlah kantor sebesar 274 unit secara tahunan, dari 7.980 kantor per Juni 2023 menjadi 7.706 kantor per Juni 2024.
Namun, di saat yang sama, jumlah Agen BRILink mengalami pertumbuhan yang signifikan, naik 49,19% secara tahunan (yoy) menjadi 993.677 per Juni 2024, dibandingkan dengan 666.038 pada Juni 2023.
Jika dilihat dari sisi industri, menurut Statistik Perbankan Indonesia yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), jumlah kantor bank di Indonesia per Juni 2024 mencapai 24.170 unit. Jumlah ini turun 20 unit dibandingkan bulan sebelumnya, Mei 2024, dan berkurang 614 unit secara tahunan dari 24.784 pada Juni 2023.
Melihat tren dalam tiga tahun terakhir, jumlah kantor cabang bank terus berkurang. Pada tahun 2021, jumlah kantor mencapai 32.366 unit, turun menjadi 25.377 unit pada tahun 2022, dan tercatat hanya 24.276 unit pada akhir Desember 2023.