Perlahan Tergerus, BRI Peduli Beri Napas Baru untuk Hutan Mangrove Muara Gembong
Suara.com - Bank Rakyat Indonesia melalui BRI Peduli turut mendukung pelestarian alam di berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya di Muara Gembong, sebuah kecamatan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat yang kaya pohon mangrove.
Terlebih, Muara Gembong terus mengalami abrasi dari waktu ke waktu. Pohon mangrove perlahan kalah dengan derasnya abrasi yang terus menerus terjadi.
Endang, Bendahara Kelompok Tani Sumber Makmur, menjelaskan bahwa abrasi mulai menggerus lahan di kedua desa tersebut sejak tahun 2005 dan mengalami kerusakan parah sekitar tahun 2010.
"Permukaan air laut meningkat, dan green belt mangrove di pesisir berkurang sehingga air laut masuk karena tidak ada penahan," ujar Endang pada Selasa (23/7).
Menurutnya, lahan di desa tersebut sebelumnya merupakan tambak produktif yang dapat digunakan untuk menanam udang, bandeng, dan lainnya. "Sekarang, akibat abrasi, permukaan air meningkat dan pohon berkurang, sehingga menjadi seperti lautan kecil," jelasnya.
Ekosistem mangrove, yang seharusnya berfungsi sebagai penghalang gelombang laut di Muara Gembong, mengalami kerusakan. Ancaman kerusakan lingkungan dan berkurangnya sumber daya alam ini membuat masyarakat di Kampung Solokan Kendal, Desa Pantai Bahagia, Muara Gembong, khawatir.
"Dataran hampir tergerus abrasi. Sekitar 2.500 hektar di Desa Pantai Bahagia dan Desa Pantai Bakti tergerus abrasi akibat faktor iklim dan pengelolaan yang kurang maksimal," cerita Endang.
Endang, yang telah tinggal di desa tersebut sejak lahir, mengatakan bahwa daerah tersebut membutuhkan perhatian khusus. Pada tahun 2021 dan 2023, masyarakat Kampung Solokan Kendal menerima bantuan dari BRI melalui Program BRI Menanam - Grow & Green dengan penanaman 10.000 bibit mangrove. Mereka juga membentuk Kelompok Tani Sumber Makmur yang terdiri dari 24 orang untuk menjaga lingkungan.
"Kami sehari-hari adalah petani tambak. Sekarang tambak kami terancam abrasi. BRI memberikan bantuan 10 ribu bibit mangrove untuk ditanam di pinggir tambak dan daerah pesisir, agar tambak kami aman. Mangrove ini menjadi green belt untuk mencegah abrasi," kata Endang.
BRI Berkontribusi Melawan Perubahan Iklim
BRI berfokus pada pelestarian lingkungan untuk memulihkan ekosistem di wilayah Muara Gembong. Melalui Program BRI Menanam - Grow & Green, bantuan bibit mangrove diharapkan dapat memberi dampak positif seperti pengurangan emisi karbon, penyerapan polusi udara, dan menciptakan keanekaragaman hayati.
Endang menjelaskan bahwa anggota kelompoknya melakukan penanaman, pemeliharaan, dan pendataan perkembangan tanaman. Mereka juga mengukur potensi cadangan dan serapan karbon dari 2023-2026.
"Kami mengukur ketinggian pohon, diameter batang mangrove yang ditanam, dan melakukan penyulaman jika ada yang mati. Kami melaporkan perkembangan ini ke BRI setiap empat bulan sekali," jelas Endang, menambahkan bahwa data monitoring ini menentukan kelulusan hidup bibit mangrove.
Endang mencatat bahwa tingkat kelulusan hidup bibit mangrove dari BRI mencapai sekitar 85-90%. Sisanya gagal tumbuh karena faktor cuaca dan hama ulat.
"Ada juga yang mati karena batangnya belum kuat dan terkena gelombang pasang," tambahnya.
Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, menyatakan bahwa BRI konsisten mendukung pelestarian alam untuk menjaga pesisir dari abrasi dan mengembalikan habitat hutan mangrove di Indonesia. Ini juga menjadi bagian dari komitmen BRI untuk mendukung upaya pemerintah agar bebas emisi karbon pada tahun 2060.
"Kami berharap penanaman mangrove memberikan manfaat bagi keberlanjutan hidup masyarakat," ujarnya.
Selain bantuan bibit mangrove, upaya nyata BRI dalam melawan perubahan iklim juga meliputi penanaman pohon di lahan kritis dan transplantasi terumbu karang.
"BRI Menanam Grow & Green adalah wadah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang bertujuan melestarikan lingkungan, menyerap karbon, memberdayakan masyarakat, dan meningkatkan perekonomian," tegas Catur.
Sejak 2023, program BRI Menanam-Grow & Green telah berhasil menanam 42.800 bibit pohon, termasuk mangrove, cemara laut, dan tanaman produktif seperti durian, kopi, aren, pinus, dan pala, serta men-transplantasi 2.430 fragmen terumbu karang di beberapa pulau Indonesia. Program ini berpotensi menyerap karbon sebesar 9.653,51 ton CO2e per tahun.