BRI Gandeng Bappebti dan Mobee Ajak Generasi Muda Tak FOMO Perdagangan Kripto
Suara.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) bekerjasama dengan Mobee, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), dan Universitas Mercu Buana, mengadakan seminar edukasi bertema “Potensi Industri Kripto di Indonesia: Know More Before FOMO”.
Seminar ini menghadirkan pembicara dari FutureCoin.id dan Coinvestasi, serta fokus pada potensi dan perkembangan industri kripto di Indonesia.
Pada sesi pembukaan, Mobee memperkenalkan produk dan layanan terbarunya, termasuk pembelian USDC tanpa biaya transaksi dan Flexi Earn USDC yang menawarkan potensi imbal hasil tahunan hingga 10%.
Kombinasi ini diharapkan menjadi peluang bagi investor pemula kripto untuk memaksimalkan hasil investasi dan diversifikasi portofolio mereka.
Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan PBK Bappebti, Tirta Karma Senjaya, menyampaikan bahwa pemerintah telah menyediakan regulasi yang memungkinkan industri kripto untuk berkembang, meskipun saat ini perdagangan masih terbatas pada spot trading untuk mengukur keamanan dan risikonya.
Tirta juga membuka kemungkinan untuk memperluas ke pasar futures dan ETF di masa depan, serta menegaskan bahwa meskipun industri kripto berkembang pesat, regulator harus terus melakukan riset untuk memastikan keamanan.
M. Rendi Riyawan, selaku AVP Partnership Divisi Funding & Retail Payment Sales Management BRI, mengungkapkan bahwa perbankan mulai menyadari potensi teknologi blockchain dalam meningkatkan efisiensi, keamanan, dan layanan pelanggan, khususnya dalam transaksi pembelian aset kripto.
Ia menekankan pentingnya kerjasama antara bank dan pelaku industri kripto untuk mengembangkan produk perbankan yang ada, termasuk melalui integrasi produk keuangan perbankan di platform pedagang aset kripto dan eksplorasi teknologi blockchain seperti stablecoin dan tokenisasi aset.
Eko Mamahit, CEO & Co-founder FutureCoin.id, memberikan saran kepada investor, terutama generasi muda, untuk mempertimbangkan beberapa faktor sebelum berinvestasi di aset kripto. Faktor-faktor tersebut mencakup volatilitas pasar, risiko ekonomi makro global, teknologi di balik aset tersebut, dan kredibilitas platform penyedia layanan. Ia juga menekankan pentingnya diversifikasi investasi, tetap terinformasi tentang tren pasar, dan memahami potensi pertumbuhan jangka panjang.
Niki Sekar, yang menjabat Head of Community Coinvestasi, menambahkan bahwa mempelajari Web3 dapat memberikan keterampilan berharga dalam teknologi blockchain, kontrak pintar, dan aplikasi terdesentralisasi (dApps). Ia berpendapat bahwa Web3 layak dipelajari oleh generasi muda karena menawarkan peluang inovasi teknologi dan pemberdayaan ekonomi, serta membuka kesempatan kewirausahaan baru dalam industri yang berkembang pesat.