BRI Siapkan Strategi Jitu Salurkan KUR 2024, Nilainya Fantastis

BRI Siapkan Strategi Jitu Salurkan KUR 2024, Nilainya Fantastis


Suara.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mendapatkan alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) terbesar untuk tahun 2024, sebesar Rp165 triliun, yang sedikit lebih rendah dibandingkan target tahun 2023 sebesar Rp194,4 triliun.

Pemerintah, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI, menargetkan penyaluran KUR sebesar Rp300 triliun di tahun 2024.

Direktur Bisnis Mikro BRI, Supari, menegaskan komitmen perseroan untuk mencapai target tersebut.

Ia menjelaskan, BRI memiliki infrastruktur yang mendukung tumbuhnya pertumbuhan baru melalui Ekosistem Ultra Mikro bersama Pegadaian dan PNM. BRISPOT, infrastruktur BRI, terus dioptimalisasikan, dan potensi dari model bisnis baru seperti PARI dan Localoka akan dioptimalkan.

Tahun lalu, BRI telah menyalurkan KUR senilai Rp163,3 triliun kepada 3,5 juta debitur, dengan mayoritas disalurkan ke sektor produksi (57,38%). BRI juga memiliki sumber pertumbuhan baru melalui Holding Ultra Mikro yang mendorong penyaluran KUR kepada grassroot.

Dengan waktu 2 tahun, integrasi dari ekosistem ultra mikro tersebut telah memberikan akses pembiayaan, literasi keuangan, dan pemberdayaan kepada lebih dari 37 juta nasabah peminjam dan 165 juta rekening tabungan mikro.

"Integrasi dari ekosistem ultra mikro tersebut berhasil memberikan akses pembiayaan, literasi keuangan dan pemberdayaan kepada lebih dari 37 juta nasabah peminjam dan 165 juta rekening tabungan mikro,” kata Supari dalam keterangan resminya yang dikutip Redaksi Suara.com pada Minggu (14/1/2024).

Dampaknya, tidaknya menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan masyarakat, dan perekonomian grass root saja. 

Pendekatan integrasi ekosistem ultra mikro ini dapat menjadi contoh untuk meningkatkan kelas pelaku usaha di ekonomi grass root secara terstruktur dan berkelanjutan.

Secara umum, ekosistem ultra mikro membuka akses keuangan dan memberikan pengalaman pelanggan yang baik sesuai kebutuhan nasabah ultra mikro.

Hal ini terbukti dengan penurunan jumlah masyarakat segmen ultra mikro yang belum terlayani keuangan formal di Indonesia dari 30 juta orang pada tahun 2018 menjadi hanya sekitar 9 juta pada tahun 2023.