Selain itu, Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung dua tahun sekali dan ajang Olimpiade, yang memiliki batas usia U-23 dengan jumlah peserta yang semakin terbatas, turut menjadi alasan kuat mengapa investasi dalam pembinaan usia muda tidak bisa ditunda lagi.
“Kita dihadapkan pada tantangan besar: bagaimana menyiapkan tim U-17 mendatang agar minimal bisa menyamai pencapaian tim hari ini, bahkan lebih baik,"
"Karena itu, pembinaan Garuda Muda harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Ini bukan soal satu generasi, tapi soal kesinambungan,” jelas Erick.
Ia juga menambahkan bahwa pembinaan pemain muda harus dimulai dari level paling dasar, termasuk akademi sepak bola dan kompetisi usia muda yang rutin dan terstandarisasi.
Kolaborasi dengan klub, sekolah sepak bola, dan pelatih lokal pun dinilai penting untuk memastikan proses pembinaan berjalan merata di seluruh daerah.
“Apalagi sekarang tantangannya makin ketat. Di Olimpiade, misalnya, kuota peserta dipangkas dari 16 menjadi hanya 12 negara. Artinya, ruang bersaing makin sempit,"
"Kita harus mulai membangun tim sejak dini, mempersiapkan mereka secara panjang dan terarah, agar saat tiba waktunya mereka benar-benar siap bersaing,” pungkas Erick.
Dengan berbagai langkah ini, PSSI berharap bisa menciptakan fondasi yang kuat bagi masa depan sepak bola Indonesia, dan bukan tidak mungkin, suatu saat nanti Timnas Garuda Muda bisa menjadi kekuatan yang disegani di level dunia.
Baca Juga: Benarkah Pemain Korea Utara U-17 Gacor Bantai Timnas Indonesia karena Takut Dieksekusi Kim Jong Un?