Kurangnya koordinasi serta ketidaksigapan saat menghalau umpan tarik membuat pertahanan mereka mudah ditembus, terutama di menit-menit akhir pertandingan.
Selain masalah teknis dan konsentrasi, tim Korea Utara juga dikenal cukup agresif dalam bertahan. Dalam fase grup, tiga pemain belakang mereka masing-masing sudah mengantongi kartu kuning.
Ini membuka peluang bagi Indonesia untuk memaksimalkan pelanggaran-pelanggaran tersebut menjadi peluang dari bola mati. Dengan eksekutor bola mati yang akurat, skenario mencetak gol dari situasi seperti ini sangat mungkin diwujudkan.
Dari segi pertahanan, Indonesia justru tampil jauh lebih stabil. Dafa Al Gasemi sebagai penjaga gawang baru kebobolan satu kali sepanjang babak grup, itupun melalui titik penalti.
Ketangguhan barisan belakang ini menjadi modal berharga bagi Indonesia menghadapi tekanan dari lini depan Korea Utara yang dikenal cepat namun masih belum efektif dalam mengkonversi peluang menjadi gol.
Untuk menghadapi duel ini, pelatih Timnas Indonesia U-17 diprediksi akan menyiapkan strategi serangan cepat dengan memanfaatkan transisi dan celah di antara lini belakang Korea Utara.
Serangan balik yang tajam, tembakan jarak jauh, serta skema bola mati di dekat kotak penalti bisa menjadi senjata utama Garuda Muda.
Sejarah mencatat bahwa di turnamen usia muda seperti ini, konsistensi dan mental bertanding bisa menjadi pembeda utama.
Indonesia yang saat ini memiliki tren positif di turnamen, ditambah keunggulan taktis atas lawan, memiliki peluang besar untuk melangkah lebih jauh.
Baca Juga: Korea Utara Ancam Timnas Indonesia U-17: Kami Serius Mau Juara!
Dukungan publik Tanah Air tentunya sangat diharapkan untuk menambah motivasi tim dalam mengukir prestasi di level Asia.