"Di Sulawesi banyak perusahaan tambang, dari nikel aspal bahkan emas. Tapi entah kenapa gak ada yg jadi sponsor tim-tim disana. Entah ini salah pengurus klub yg gak pintar nyari sponsor atau emang perusahaan tambang gak peduli," tulis @aluk***.
"Wahahaha lagi-lagi Donggala kocak-kocak," timpal @sayase***.
"Harusnya ada pengawasan ketat yg mau dirikan klub jan cuma buat klub doang cuk. Contoh aja dejan tim tarkam yg gaada kasus Tunggak gaji," balas @andr***.
"Diam 1000 kata gimana yaaa soalnya Diam tanpa Kata lagunya D'masiv," tulis @ehwan***.
Sementara melansir laman Alkhairaat.id, Ketua Persido Donggala, Nasir saat diminta tanggapannya, membantah dikatakan belum membayar honor panitia Liga 4 Sulteng.
![Masalah finansial kembali menerpa dunia sepak bola Indonesia. Kali ini datang dari klub Liga 4 Sulawesi Tengah, Persido Donggala. [Instagram @Nusaliga]](https://media.suara.com/pictures/original/2025/04/11/85130-persido-donggala.jpg)
Menurutnya, honor telah dua kali ia berikan kepada panitia sebesar Rp8 juta dengan jumlah bervariasi.
“Pertama sebesar 5 juta, yang kedua 3 juta, terus ada lagi tambahan 2 juta, total 10 juta. Yang terima itu Fendi,” kata Nasir.
Politis Perindo ini menerangkan, ia mempunya niat tulus membangun sepakbola di Kabupaten Donggala, justru dituding tidak bayar honor panitia, lalu disebarkan ke media sosial.
"Saya ingin mau membangun sepak bola di Donggala bekerja tanpa pamrih, tetapi ini terbalik saya yang di preteli terus dengan panitia. Pasti saya akan audit hari ini juga karena menyangkut nama baik saya," ujar Nasir.
Baca Juga: Pernah Ingin Rekrut Zlatan Ibrahimovic, Kalteng Putra Kini Degradasi ke Liga 4
Meski demikian, mantan panitia Liga 4, Pendi, membantah menerima uang sebesar Rp5 juta dari ketua umum Persido, Nasir.