Suara.com - Pengalaman menyaksikan pertandingan kandang Timnas Indonesia memberikan kesan mendalam bagi seorang jurnalis olahraga asal Belanda, Neal Petersen. Ia hadir langsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, ketika skuad Garuda menjamu Bahrain dalam lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2026 pada Selasa, 25 Maret 2025.
Dalam laga penting tersebut, antusiasme publik Indonesia terlihat luar biasa. Tiket pertandingan ludes bahkan sebelum hari H. Tak hanya penuh sesak, atmosfer stadion juga disemarakkan oleh koreografi spektakuler dari kelompok pendukung seperti La Grande Indonesia dan Ultras Garuda, yang menyulut semangat di tribun sejak menit pertama.
Bagi Neal Petersen, yang sudah terbiasa meliput pertandingan di berbagai stadion Eropa, nuansa yang dirasakannya di GBK begitu berbeda. Menurut pengamatannya, suporter Indonesia tak henti bersuara, menyanyikan yel-yel dan lagu-lagu dukungan sepanjang laga berlangsung. Ini sangat kontras dengan situasi di stadion Eropa, yang cenderung menjadi sunyi saat pertandingan mulai berjalan intens.
Keunikan atmosfer di GBK menjadi salah satu momen yang tak terlupakan bagi Neal. Ia menilai bahwa energi dari ribuan pendukung Timnas Indonesia mampu menciptakan suasana yang begitu hidup, sekaligus menunjukkan kecintaan mendalam masyarakat terhadap sepak bola nasional.
“Di Eropa atmosfer bisa luar biasa di awal, lalu sunyi. Tapi di GBK, orang-orang bernyanyi dari awal sampai akhir,” ujarnya di The Haye Way.
“Yang paling berkesan adalah saat semua orang berdiri di tengah lapangan dan bernyanyi bersama setelah pertandingan. Itu benar-benar momen luar biasa,” ujar Neal Petersen dengan penuh kekaguman.
Momen Ikonik Usai Laga Timnas Indonesia
Tak hanya sorak sorai selama pertandingan, Neal juga dibuat kagum oleh tradisi yang dilakukan oleh para pemain dan ofisial Timnas Indonesia setelah peluit panjang dibunyikan. Tim, bersama para staf dan suporter yang masih bertahan di stadion, berkumpul di tengah lapangan untuk menyanyikan lagu-lagu kebangsaan secara serentak. Aksi tersebut menciptakan pemandangan emosional yang memperlihatkan eratnya hubungan antara tim nasional dan para pendukungnya.
Ritual ini bukan hanya mencerminkan rasa nasionalisme, tetapi juga memperkuat identitas kolektif Timnas Indonesia di mata dunia. Neal menilai bahwa momen ini memiliki makna mendalam yang jarang ditemui di belahan dunia lain, termasuk di Eropa.
Baca Juga: Prediksi Line Up dan Formasi Timnas Indonesia U-17 vs Yaman: Strategi Tajam STY akan Dipakai Lagi!
Keterkaitan Personal dan Profesional Neal Petersen dengan Timnas
Neal Petersen bukanlah nama asing dalam dunia jurnalisme olahraga, terutama di Belanda. Ia dikenal sebagai jurnalis yang aktif membahas perkembangan para pemain diaspora Indonesia, khususnya yang berkarier di Eropa.
Ketertarikannya terhadap Timnas Indonesia tidak datang tanpa alasan. Selain berprofesi sebagai jurnalis, Neal juga memiliki darah keturunan Indonesia yang membuat ikatannya dengan Timnas menjadi lebih emosional dan personal.
Keterlibatannya semakin terlihat melalui siniar bertajuk The Haye Way, yang dipandunya bersama gelandang Timnas Indonesia, Thom Haye. Dalam podcast ini, mereka rutin membahas perjalanan karier pemain keturunan Indonesia, termasuk tantangan dan kontribusi mereka bagi sepak bola nasional.
Melalui konten-konten tersebut, Neal tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga menyuarakan dukungan dan harapan bagi masa depan sepak bola Indonesia.
Sepak Bola Indonesia Semakin Mendunia
Apa yang dialami Neal Petersen di SUGBK bukan hanya pengalaman individu. Ini mencerminkan bagaimana transformasi sepak bola Indonesia mulai mendapatkan perhatian dari komunitas internasional.
Dengan meningkatnya kualitas kompetisi, strategi promosi yang lebih modern, serta peran aktif diaspora dalam skuad nasional, Indonesia kini menjadi negara yang layak diperhitungkan di panggung sepak bola Asia.
Atmosfer di stadion, semangat suporter, hingga kedekatan emosional yang diciptakan melalui tradisi kebersamaan usai pertandingan menjadi nilai lebih yang tidak banyak dimiliki oleh negara lain. Semua elemen ini, jika dikelola dengan konsisten, dapat menjadi daya tarik tersendiri dalam membangun citra positif Timnas Indonesia di mata dunia.
Kehadiran Neal Petersen dalam pertandingan Timnas Indonesia tidak hanya memperlihatkan antusiasme suporter lokal, tetapi juga membuka mata dunia terhadap keunikan yang dimiliki sepak bola Indonesia. Dengan menggabungkan atmosfer luar biasa, tradisi emosional, dan keterlibatan diaspora, Timnas Indonesia mampu menawarkan sesuatu yang tidak dimiliki oleh banyak negara lain.
Jika pengalaman seperti ini terus diciptakan, bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi sorotan dunia, tidak hanya karena prestasi di lapangan, tetapi juga karena kekuatan budaya sepak bolanya yang autentik dan memikat.
Kontributor : Imadudin Robani Adam