Suara.com - Pengamat sepak bola, Justinus Lhaksana atau Coach Justin, kena semprot suporter Timnas Indonesia secara langsung di Stadion Allianz, Sydney, saat berhadapan dengan Australia, Kamis (20/3) kemarin.
Di laga lanjutan grup C Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia itu, suporter Timnas Indonesia tersebut meminta agar Coach Justin kritis dan tak tebang pilih dalam memberikan kritik.
Hal ini terlihat dalam sebuah video singkat yang beredar di media sosial, saat eks pelatih Timnas Futsal Indonesia itu menonton langsung duel Australia vs Indonesia di Stadion Allianz, Sydney.
Dalam video tersebut, seorang suporter menghampiri Coach Justin dan meminta dirinya agar jadi pelatih ketimbang Patrick Kluivert.

“Mending lo yang jadi pelatih Coach ketimbang dia (Patrick Kluivert),” kata seorang suporter itu, yang dibalas oleh Coach Justin dengan kalimat penenang.
Setelahnya, suporter itu menyemprot Coach Justin yang disebut mendukung pemecatan Shin Tae-yong dan mendukung penunjukkan Patrick Kluivert.
Tak tanggung-tanggung, suporter itu bahkan menyebut Coach Justin agar tak jadi ‘Si Paling Belanda’ karena sosoknya yang selalu pro dengan hal-hal yang berbau ‘Belanda’.
“Buat apa ganti pelatih, kamu harus kritis coach, jangan si paling belanda dong,” lanjut suporter itu menyemprot Coach Justin.
Mendapat semprotan dari suporter itu, Coach Justin menyebut bahwa laga ini merupakan laga pertama atau laga debut Patrick Kluivert.
Baca Juga: Gaya Santai STY War Takjil saat Timnas Indonesia Dibantai Australia
Ia bahkan menjamin dirinya akan tetap kritis, kendati Timnas Indonesia saat ini ditukangi pelatih asal Belanda, negara tempat dirinya menimba ilmu kepelatihan.
Sekadar informasi, Coach Justin menjadi salah satu figur ternama di sepak bola Indonesia yang mendukung penunjukkan Patrick Kluivert.
Bahkan sebelum Patrick Kluivert ditunjuk, dirinya banyak mengkritisi Shin Tae-yong, terutama di ajang Piala AFF 2024 lalu.
Karenanya, pergantian yang dilakukan PSSI di kursi kepelatihan Timnas Indonesia mendapat dukungan darinya secara penuh. Apalagi pelatih yang ditunjuk adalah pelatih asal Belanda.
Meski memberikan dukungan, Coach Justin sendiri menyebut bahwa Patrick Kluivert jauh dari kata ideal dan bukanlah pilihan pertamanya sebagai pelatih Timnas Indonesia.
“Jujur, gue agak syok juga. Kenapa Patrick Kluivert?” ujar Coach Justin di kanal YouTube pribadinya, Selasa (7/1/2025).
“Gue juga punya kandidat lain, ini juga bukan pelatih idaman gue. Dia punya CV nggak mentereng. Punya sejarah nggak positif,” terang Coach Justin.
Terlepas dari hal tersebut, Patrick Kluivert menjalani debutnya bersama Timnas Indonesia dengan hasil buruk, pasca menelan kekalahan dengan skor 1-5 dari Australia.
Kekalahan telak ini membuat mimpi Timnas Indonesia lolos otomatis ke Piala Dunia 2026 bisa saja pupus, karena hasil ini membuat skuad Garuda berjarak empat poin dari Australia di posisi kedua.
Timnas Indonesia dibantai
Pertandingan pertama bagi Patrick Kluivert jauh dari kata memuaskan. Selain soal skor, pemain-pemain Indonesia pada pertandingan ini sangat akrab dengan kesalahan-kesalahan yang berulang.
Gol pertama Australia tercipta karena Nathan Tjoe-A-On yang melakukan blunder setelah dia menarik Lewis Miller di kotak penalti dari situasi sepak pojok. Dalam hal ini, Nathan membuat kesalahan besar karena sebenarnya Miller tak dalam posisi bahaya. Bola yang dikirimkan pemain Australia juga tak menimbulkan situasi berbahaya karena dengan baik dihalau Idzes.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Kluivert berani menurunkan Nathan sebagai starter di saat dirinya dengan jelas mengatakan bahwa salah satu patokannya memilih seorang pemain adalah yang harus memiliki menit bermain cukup di klubnya. Dengan menit bermain di klub, pengambilan keputusan seorang pemain terasah. Nathan tak menunjukkannya di pertandingan ini karena pelanggarannya terlalu ceroboh dan tidak pada situasi yang tepat harus melakukan pelanggaran.
Duet Nathan di lini tengah, Thom Haye, juga turut melakukan kesalahan. Dua menit setelah gol Boyle, Thom yang berniat melalukan sapuan dari lini tengah ke belakang, justru malah menemui Velupillay, yang kemudian membuahkan gol kedua untuk Australia.
Gol ketiga Australia menandakan bahwa mereka adalah tim yang benar-benar matang untuk ke Piala Dunia enam kalinya secara beruntun, atau ketujuh kalinya secara keseluruhan. Gol yang dicetak Irvine dibuat dari proses gol yang indah dari kaki ke kaki, dimana pemain-pemain Indonesia hanya ball watching, sebuah istilah yang merujuk seorang pemain yang hanya memperhatikan bola tanpa memperhatikan pergerakan pemain lain, baik lawan maupun rekan setim, sehingga menyebabkan disorganisasi dalam tim.
Setelah gol ketiga, Indonesia kebobolan gol keempat dan kelima dengan cara yang sama, yaitu cara bertahan yang buruk dari sebuah situasi sepak pojok. Pada dua gol terakhir ini, Craig Goodwin berperan penting dalam mengirimkan umpan terukurnya kepada Miller dan Irvine yang melakukan free header atau sundulan tanpa kawalan.
(Felix Indra Jaya)