Ragnar Oratmangoen hingga Kevin Diks Ramai-ramai Bela Shin Tae-yong! Heran dengan Keputusan PSSI

Arief Apriadi Suara.Com
Jum'at, 21 Maret 2025 | 13:30 WIB
Ragnar Oratmangoen hingga Kevin Diks Ramai-ramai Bela Shin Tae-yong! Heran dengan Keputusan PSSI
Sebanyak tiga pemain naturalisasi, Ragnar Oratmangoen, Kevin Diks dan Calvin Verdonk buka suara bahwa mereka tidak paham dengan keputusan PSSI yang dipimpin Erick Thohir memecat Shin Tae-yong pada awal Januari 2025. [Dok. PSSI]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak tiga pemain naturalisasi, Ragnar Oratmangoen, Kevin Diks dan Calvin Verdonk buka suara bahwa mereka tidak paham dengan keputusan PSSI yang dipimpin Erick Thohir memecat Shin Tae-yong pada awal Januari 2025.

Hal itu disampaikan Ragnar Oratmangoen dan kawan-kawan dalam sebuah podcast bersama media Belanda, Ziggo Sport sebelum FIFA Matchday Maret 2025, yang baru tayang di kanal YouTube mereka pada Kamis (20/3/2025).

Pada awalnya, host podcast tersebut bertanya terkait pendapat ketiga pemain tentang keputusan PSSI yang dipimpin Erick Thohir perihal pemecatan Shin Tae-yong.

PSSI dan Erick Thohir sebelumnya mengklaim Shin Tae-yong dan skuad Timnas Indonesia punya masalah komunikasi.

STY diketahui cuma berkomunikasi menggunakan bahasa Korea Selatan, sehingga butuh ada sosok yang menjembatani obrolan dirinya dengan para pemain lokal maupun naturalisasi yang merupakan mayoritas berdarah Belanda.

Namun, Ragnar Oratmangoen menegaskan tidak ada masalah signifikan perihal komunikasi. Mereka bahkan merasa Shin Tae-yong adalah pelatih yang menyenangkan.

"Kami semua berpikir hal yang sama, kenapa [memecat Shin Tae-yong] sekarang? Di sisi lain, ya itu mungkin adalah jalan yang kami tempuh. Jalan yang ditempuh presiden (Ketua Umum PSSI Erick Thohir)," kata Ragnar Oratmangoen.

"Mungkin karena kami orang Eropa dan dia dari Asia, jadi metode kerjanya sangat berbeda. Tapi saya pikir, dia itu bagus untuk kelompok ini," kata Ragnar Oratmangoen.

Calvin Verdonk juga menegaskan bahwa Shin Tae-yong adalah pelatih yang tahu tempat untuk mencairkan suasana dan bersikap serius.

Baca Juga: Kondisi Mengerikan Sandy Walsh, Nasib Buruk Hantui Timnas Indonesia

Hal itu juga membantah narasi seperti disebut Marc Klok bahwa Shin Tae-yong seorang diktator yang memaksakan kehendak.

"Ya, dia juga sering bercanda dan hal semacam itu. Jadi menurut saya, dinamikanya baik-baik saja denganya," kata Verdonk.

Lebih jauh, Ragnar Oratmangoen kembali menegaskan bahwa kendala bahasa tidak terlalu menjadi soal saat Shin Tae-yong masih menjadi pelatih Timnas Indonesia.

"Ya itu hal yang normal, [ada perbedaan] sehingga kita tidak terbiasa dengan hal itu. Tapi saya pikir bahwa dia masih [sosok yang] baik untuk tim ini."

Kevin Diks tidak tinggal diam membela Shin Tae-yong. Dia, yang meski belum lama mengenal sang pelatih, punya kesan positif terhadap juru taktik asal Korea Selatan itu.

"Saya melihat dia bisa tertawa dengan baik di grup. Saya di sana baru empat atau lima hari," kata Kevin Diks.

Timnas Indonesia Dibantai Australia di Laga Pertama Tanpa Shin Tae-yong

Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert menegaskan ingin lepas dari bayang-bayang Shin Tae-yong jelang debutnya memimpin Garuda kontra Australia pada Kamis (20/3/2025) pukul 16.10 WIB. [Dok. X/Timnas Indonesia]
Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert menegaskan ingin lepas dari bayang-bayang Shin Tae-yong jelang debutnya memimpin Garuda kontra Australia pada Kamis (20/3/2025) pukul 16.10 WIB. [Dok. X/Timnas Indonesia]

Timnas Indonesia harus menerima kekalahan telak 1-5 dari Australia pada laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Pertandingan yang berlangsung di Sydney Football Stadium pada Kamis, 20 Maret 2025, ini menandai debut Patrick Kluivert sebagai pelatih kepala setelah menggantikan Shin Tae-yong yang diberhentikan pada 6 Januari 2025.

Setelah pergantian pelatih, PSSI juga menambah kekuatan tim dengan merekrut empat pemain naturalisasi: Ole Romeny, Dean James, Emil Audero, dan Joey Pelupessy.

Selain itu, staf pelatih diperkuat dengan hadirnya Denny Landzaat, Alex Pastoor, dan Gerald Vanenburg untuk meningkatkan strategi permainan.

Indonesia memulai pertandingan dengan percaya diri. Pada menit-menit awal, peluang emas didapatkan setelah Rafael Struick dijatuhkan di kotak penalti. Namun, eksekusi penalti oleh Kevin Diks hanya membentur tiang gawang, sehingga skor tetap imbang.

Momentum berbalik ketika Australia mendapatkan penalti pada menit ke-18 akibat pelanggaran oleh Nathan Tjoe-A-On.

Martin Boyle sukses mengeksekusi penalti tersebut, membuka keunggulan bagi tuan rumah. Gol ini menjadi titik balik yang membuat Indonesia kesulitan mengembangkan permainan.

Australia terus menekan dan menambah gol melalui Nishan Velupillay (20'), Jackson Irvine (34', 90'), dan Lewis Miller (61'). Satu-satunya gol hiburan bagi Indonesia dicetak oleh Ole Romeny pada menit ke-78.

Kekalahan ini membuat Indonesia tertahan di peringkat keempat Grup C dengan enam poin dari tujuh pertandingan.

Peluang untuk lolos langsung ke Piala Dunia 2026 semakin menipis. Namun, masih ada kemungkinan melalui jalur playoff jika Indonesia mampu finis di posisi ketiga atau keempat klasemen.

Ole Romeny, pencetak gol tunggal untuk Indonesia, mengungkapkan kekecewaannya setelah pertandingan. Ia menilai bahwa kegagalan penalti di awal laga memberikan keuntungan besar bagi Australia untuk menguasai jalannya pertandingan.

Dengan sisa laga yang ada, Timnas Indonesia harus segera berbenah dan meningkatkan performa mereka.

Evaluasi mendalam serta strategi yang lebih matang sangat dibutuhkan agar skuad Garuda tetap memiliki peluang berlaga di Piala Dunia 2026.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI