Respon Kiper Australia saat Kevin Diks Gagal Eksekusi Penalti: Kalau Gol Maka

Jum'at, 21 Maret 2025 | 09:21 WIB
Respon Kiper Australia saat Kevin Diks Gagal Eksekusi Penalti: Kalau Gol Maka
Penjaga gawang Australia, Mathew Ryan mengakui bahwa Timnas Indonesia memberikan ancaman serius dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang digelar di Stadion Sydney Football, Kamis (20/3). (IG Mathew Ryan )
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penjaga gawang Australia, Mathew Ryan mengakui bahwa Timnas Indonesia memberikan ancaman serius dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang digelar di Stadion Sydney Football, Kamis (20/3).

Meskipun timnya berhasil menang, kiper berpengalaman itu menyoroti momen-momen krusial di awal pertandingan yang bisa saja mengubah jalannya laga secara drastis.

Sejak peluit kick-off dibunyikan, skuad Garuda menunjukkan permainan agresif dengan menekan lini pertahanan Australia.

Timnas Indonesia mampu mendominasi penguasaan bola dan menciptakan peluang berbahaya di kotak penalti lawan.

Salah satu kesempatan emas terjadi ketika Jay Idzes melepaskan sundulan tajam yang mengarah ke gawang, tetapi Ryan mampu melakukan penyelamatan gemilang untuk menggagalkan upaya tersebut.

Tak hanya itu, Timnas Indonesia mendapatkan kesempatan emas lainnya melalui titik putih setelah pelanggaran terjadi di area terlarang.

Kevin Diks yang dipercaya sebagai eksekutor penalti nyaris membawa Indonesia unggul lebih dulu, tetapi tendangannya justru membentur tiang gawang, membuat peluang emas tersebut terbuang sia-sia.

Kiper Australia Mathew Ryan (socceroos)
Kiper Australia Mathew Ryan (socceroos)

Setelah dua peluang emas gagal dikonversi menjadi gol, nasib kurang beruntung menghampiri Timnas Indonesia.

Australia kemudian bangkit dan berhasil mencetak tiga gol di babak pertama, membuat Maarten Paes harus memungut bola dari gawangnya.

Baca Juga: Sudah Terpuruk, Syarat Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026

Di babak kedua, keunggulan Socceroos semakin diperbesar dengan tambahan dua gol lagi, meskipun Indonesia sempat memperkecil ketertinggalan melalui gol Ole Romeny pada menit ke-78.

Ryan mengungkapkan bahwa jalannya pertandingan bisa saja berbeda jika Indonesia mampu mencetak gol lebih dulu. Menurutnya, Timnas Garuda sempat merepotkan pertahanan Australia dan menunjukkan potensi besar dalam laga tersebut.

"Skor akhir memang menguntungkan kami, tetapi mereka memiliki dua peluang besar di awal pertandingan. Jika salah satunya berbuah gol, maka situasinya bisa saja berubah," ujar Ryan dikutip dari Paramount Plus.

Meski bersyukur atas kemenangan timnya, Ryan tetap merasa kecewa karena gagal mencatatkan clean sheet.

Menurutnya, ada aspek yang masih perlu diperbaiki dalam pertahanan timnya agar bisa tampil lebih solid di laga-laga mendatang.

Gol balasan dari Indonesia menjadi bukti bahwa masih ada celah dalam lini pertahanan Australia yang perlu diperbaiki.

Kiper yang pernah berseragam Arsenal ini juga menegaskan bahwa timnya harus terus belajar dan berkembang. Ia berharap Australia bisa tampil lebih baik di laga-laga berikutnya dan mempertahankan tren positif mereka dalam kualifikasi.

Australia kini bersiap menghadapi China pada 25 Maret sebelum menghadapi dua lawan tangguh, Jepang dan Arab Saudi, pada bulan Juni mendatang.

Dengan persaingan yang semakin ketat, setiap pertandingan akan menjadi penentu langkah mereka menuju putaran final Piala Dunia 2026.

Sementara itu, Timnas Indonesia harus segera berbenah dan mengambil pelajaran dari kekalahan ini. Meski gagal mencuri poin dari Australia, permainan agresif yang ditunjukkan di awal laga memberikan harapan bagi skuad Garuda untuk tampil lebih baik dalam pertandingan selanjutnya.

Dengan persiapan yang matang dan strategi yang lebih efektif, Indonesia masih memiliki peluang untuk bersaing di babak kualifikasi ini.

Pertandingan pertama bagi Patrick Kluivert jauh dari kata memuaskan. Selain soal skor, pemain-pemain Indonesia pada pertandingan ini sangat akrab dengan kesalahan-kesalahan yang berulang.

Gol pertama Australia tercipta karena Nathan Tjoe-A-On yang melakukan blunder setelah dia menarik Lewis Miller di kotak penalti dari situasi sepak pojok. Dalam hal ini, Nathan membuat kesalahan besar karena sebenarnya Miller tak dalam posisi bahaya. Bola yang dikirimkan pemain Australia juga tak menimbulkan situasi berbahaya karena dengan baik dihalau Idzes.

Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa Kluivert berani menurunkan Nathan sebagai starter di saat dirinya dengan jelas mengatakan bahwa salah satu patokannya memilih seorang pemain adalah yang harus memiliki menit bermain cukup di klubnya. Dengan menit bermain di klub, pengambilan keputusan seorang pemain terasah. Nathan tak menunjukkannya di pertandingan ini karena pelanggarannya terlalu ceroboh dan tidak pada situasi yang tepat harus melakukan pelanggaran.

Duet Nathan di lini tengah, Thom Haye, juga turut melakukan kesalahan. Dua menit setelah gol Boyle, Thom yang berniat melalukan sapuan dari lini tengah ke belakang, justru malah menemui Velupillay, yang kemudian membuahkan gol kedua untuk Australia.

Gol ketiga Australia menandakan bahwa mereka adalah tim yang benar-benar matang untuk ke Piala Dunia enam kalinya secara beruntun, atau ketujuh kalinya secara keseluruhan. Gol yang dicetak Irvine dibuat dari proses gol yang indah dari kaki ke kaki, dimana pemain-pemain Indonesia hanya ball watching, sebuah istilah yang merujuk seorang pemain yang hanya memperhatikan bola tanpa memperhatikan pergerakan pemain lain, baik lawan maupun rekan setim, sehingga menyebabkan disorganisasi dalam tim.

Setelah gol ketiga, Indonesia kebobolan gol keempat dan kelima dengan cara yang sama, yaitu cara bertahan yang buruk dari sebuah situasi sepak pojok. Pada dua gol terakhir ini, Craig Goodwin berperan penting dalam mengirimkan umpan terukurnya kepada Miller dan Irvine yang melakukan free header atau sundulan tanpa kawalan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI