Suara.com - Emil Audero Mulyadi dipastikan oleh PSSI bakal menjadi pemain keturunan berikutnya yang dinaturalisasi untuk membela Timnas Indonesia.
Kiper klub Serie B, Palermo, tersebut menjalani proses naturalisasi bersama dua pemain keturunan lainnya yaitu Dean James dan Joey Pelupessy.
Hadirnya Emil Audero tentu menjadi tambahan kekuatan yang signifikan buat Timnas Indonesia, khususnya sebagai opsi di pos penjaga gawang selain Maarten Paes dan Ernando Ari Sutaryadi.
Selain kemampuan dan pengalamannya bermain di Eropa, Emil Audero juga membuat nilai pasar Timnas Indonesia semakin meroket.
Baca Juga: Sergio van Dijk: Banyak Orang Hidup Sulit di Indonesia
Pemain berusia 28 tahun tersebut tercatat sebagai kiper termahal nomor dua di Asia jika nanti resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan membela Timnas Indonesia.
Menurut laporan dari Transfermarkt, harga pasar Emil Audero saat ini menembus angka 5 juta euro atau setara Rp 85,2 miliar.
![Trio bek Jepang, Koki Machida, Ko Itakura dan Taniguchi ditambah kiper Zion Suzuki jadi jaminan mutu. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/10/16/79726-zion-suzuki.jpg)
Eks pemain Inter Milan tersebut hanya kalah dari kiper utama Timnas Jepang, Zion Suzuki. Kiper milik Parma itu dibanderol dengan harga pasar 9 juta euro atau Rp 156 miliar.
Harga pasar saat ini memang menunjukkan Zion unggul cukup jauh di atas Emil, tapi saat Emil Audero berada di usia Zion yang saat ini 22 tahun, harga pasarnya unggul jauh.
Saat masih bermain di Sampdoria pada 2019, harga pasar Emil Audero pernah menyentuh angka tertinggi yaitu Rp 260,72 miliar atau 15 juta euro.
Baca Juga: Marselino Siap Duet dengan Ole Romeny di Timnas Indonesia: Kita Menjalin Hubungan Bagus
Kendati situasi sudah berubah soal harga pasar, kemampuan Emil Audero tentu tidak bisa dilihat sebelah mata. Ia masih mampu bersaing dan kini menjadi kiper utama di Palermo.
Dari tiga pertandingan Serie B sejauh ini, Emil Audero selalu bermain dengan mencatatkan satu kali clean sheet dan membawa Palermo tidak pernah kalah.
Kontributor: Aditia Rizki