Suara.com - Sepak bola Indonesia kembali dibikin was-was setelah kericuhan pecah dalam dua kompetisi domestik pada Kamis (13/2/2025) yakni di Liga 2 dan Liga Nusantara. Pasalnya, bukan tak mungkin bal-balan Tanah Air bakal kembali kena sanksi FIFA.
Kerusuhan pertama terjadi setelah laga Persekabpas Pasuruan melawan Tornado FC di babak 6 Besar Liga Nusantara di Stadion R Soedarsono, Bangil.
Laga yang berakhir dengan skor 1-2 untuk kemenangan Tornado FC itu diwarnai aksi pengejaran terhadap pemain tim tamu oleh pemain dan suporter Persekabpas. Kejadian ini diduga dipicu ketidakpuasan atas hasil pertandingan.
Video yang diunggah akun Instagram @nusaliga memperlihatkan suporter memasuki lapangan sambil membawa benda seperti kayu. Akibat kejadian ini, beberapa pemain dan official Tornado FC mengalami luka di bagian kepala.
Baca Juga: Alex Pastoor Tinggalkan Indonesia, Masih Nyambi Pekerjaan Lain
Kericuhan serupa terjadi di Stadion Joyokusumo usai laga play-off degradasi Liga 2 yang mempertemukan Persipa Pati dengan Persipura Jayapura. Kekalahan 1-2 yang dialami Persipa membuat suporter tuan rumah mengamuk dan merusak fasilitas stadion.
Bayang-Bayang Sanksi FIFA Menghantui
![Ketua Umum PSSI, Erick Thohir. (pssi.org)](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/11/88367-ketua-umum-pssi-erick-thohir-pssiorg.jpg)
Indonesia sebelumnya menjadi sorotan dunia akibat Tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022 yang menewaskan 135 suporter. Beruntung, saat itu FIFA hanya menjatuhkan sanksi ringan sehingga kompetisi tetap berjalan dan Timnas Indonesia bisa berlaga di level internasional.
Namun, Ketua Umum PSSI Erick Thohir telah mengingatkan pentingnya menjaga keamanan dalam sepak bola Indonesia. Pada 4 Juni 2023 saat mengecek Stadion Manahan Solo, Erick menyampaikan bahwa FIFA terus mengawasi Indonesia pasca Tragedi Kanjuruhan.
"Jangan sampai terjadi kerusuhan. Ingat, peristiwa Kanjuruhan masih dalam catatan FIFA. Kita beruntung hanya diberi sanksi ringan sehingga tetap bisa menggelar pertandingan internasional, FIFA Matchday, dan kompetisi," tegas Erick Thohir.
Baca Juga: Rafael Struick: Menjadi Sangat Kacau...
Sejarah juga mencatat, Indonesia pernah dijatuhi sanksi berat oleh FIFA pada 2015 akibat intervensi pemerintah terhadap PSSI. Akibatnya, seluruh aktivitas sepak bola Indonesia dibekukan, dan Timnas Indonesia dilarang tampil di level internasional.
Nah, andai kerusuhan belakangan ini memantik sanksi FIFA, berikut dampak buruknya bagi sepak bola Indonesia.
1. Ranking FIFA Terjun Bebas
Saat Indonesia terkena sanksi FIFA pada 2015, posisi Timnas Indonesia melorot drastis di ranking FIFA. Pada Oktober 2015, Indonesia berada di peringkat 171, bahkan di bawah negara-negara kecil seperti Timor Leste, Kaledonia Baru, dan Pulau Cook. Setelah sanksi dicabut pada April 2016, Indonesia terjerembab ke peringkat 185.
Saat ini, di bawah asuhan Shin Tae-yong, peringkat Indonesia membaik ke posisi 125 sebelum jabatan pelatih digantikan Patrick Kluivert. Namun, sanksi baru berpotensi mengganggu tren positif ini.
2. Timnas Indonesia dan Klub Dilarang Ikut Turnamen FIFA
Sanksi FIFA juga berdampak pada partisipasi Timnas Indonesia di turnamen internasional. Klub-klub yang berada di bawah naungan PSSI turut terkena imbas.
Pada 2015, Persipura Jayapura dan Persib Bandung harus dicoret dari Piala AFC meski telah lolos ke babak 16 besar.
3. Pemain Kehilangan Mata Pencaharian
Tanpa kompetisi, pemain sepak bola kehilangan sumber penghasilan utama mereka. Klub-klub kesulitan membayar gaji karena pemasukan dari tiket dan sponsor terhenti.
Situasi ini pernah terjadi saat sanksi FIFA dijatuhkan pada 2015, membuat banyak pemain kesulitan secara finansial.