Suara.com - Ketua Umum PSSI, Erick Thohir sempat menghimbau pentingnya menjaga kompetisi agar berjalan lancar tanpa ada kerusuhan pasca Tragedi Kanjuruhan 2022 lalu.
Erick Thohir saat mengecek kesiapan Stadion Manahan Solo pada 4 Juni 2023 lalu, menyebut bahwa Indonesia masih berada dalam pantauan FIFA. Andai sepak bola domestik kembali rusuh, sanksi berat dari FIFA menanti.
Maksud dari sanksi berat FIFA adalah dihentikannya aktivitas sepak bola, yang secara otomatis turut berimbas kepada Timnas Indonesia yang kini tengah berjuang lolos ke Piala Dunia 2026.
Hal itu pula yang mendasari PSSI untuk membuat kebijakan bahwa pertandingan dalam kompetisi sepak bola Indonesia hanya boleh dihadiri fans dari tim tuan rumah.
Baca Juga: Coach Justin Sentil Rafael Struick: Kalau Lu Lihat Golnya Thom Haye...
"Jangan sampai terjadi kerusuhan," ujar Erick Thohir saat itu.
"Ingat, peristiwa Kanjuruhan masih ada dalam catatan FIFA. Kita beruntung hanya diberi sanksi yang ringan, sehingga tetap bisa menggelar pertandingan internasional, FIFA Matchday dan kompetisi."
:Namun jika bila ada kerusuhan, seperti di akhir musim kemarin, percayalah, FIFA akan berhentikan sepakbola Indonesia. Jangan jadi bangsa yang lupa, sebab FIFA tidak akan lupa," tambahnya.
Namun, imbauan Erick Thohir seperti tidak didengar. Belakangan, kerusuhan di sepak bola Indonesia kembali pecah yakni di Liga 2 dan Liga Nusantara pada Kamis (13/2/2025).
Kerusuhan pertama pecah usai laga Persekabpas Pasuruan melawan Tornado FC di babak 6 Besar Liga Nusantara yang berlangsung di Stadion R Soedarsono, Bangil.
Seusai pertandingan yang berakhir dengan skor 1-2 untuk kemenangan tim tamu, pemain dan suporter Persekabpas dilaporkan mengejar pemain Tornado FC. Aksi ini diduga dipicu ketidakpuasan atas hasil pertandingan.
Dalam rekaman video yang diunggah oleh akun Instagram @nusaliga, terlihat sejumlah suporter memasuki lapangan sembari membawa benda seperti kayu.
Akibat insiden tersebut, beberapa pemain serta official Tornado FC mengalami luka di bagian kepala.
Kericuhan serupa juga terjadi di Stadion Joyokusumo usai laga play-off degradasi Liga 2 yang mempertemukan Persipa Pati dengan Persipura Jayapura.
Kekalahan 1-2 yang dialami Persipa memicu kemarahan suporter tuan rumah. Mereka merusak sejumlah fasilitas stadion sebagai bentuk pelampiasan kekecewaan.
Rentetan kerusuhan ini menambah panjang daftar insiden yang mencoreng sepak bola Indonesia. Lebih dari itu, bayang-bayang sanksi FIFA kembali mengancam, yang dapat menggagalkan ambisi Timnas Indonesia berlaga di Piala Dunia 2026.
Pada Oktober 2022 silam, salah satu tragedi terkelam dalam sepak bola dunia terjadi di Tanah Air yakni Tragedi Kanjuruhan.
Sebanyak 135 orang meninggal dunia dalam kerusuhan yang pecah di Stadion Kanjuruhan, Malang dalam laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Saat itu, pihak kepolisian mengklaim pendukung tuan rumah melakukan kerusuhan di mana beberapa di antara mereka disebut masuk ke lapangan untuk menyerang pemain dan ofisial.
Aparat keamanan pun merespons dengan melepaskan gas air mata yang beberapa di antaranya diarahkan ke tribun selatan.
Alhasil, kepanikan terjadi dan menimbulkan penumpukan kerumunan. Di situasi itulah tragedi terjadi, di mana sebanyak 135 orang meninggal dengan 583 lainnya cedera.
Sepak bola Indonesia saat itu beruntung karena cuma mendapatkan sanksi ringkan dari FIFA. Namun, federasi sepak bola dunia itu menggarisbawahi tidak akan segan untuk memberi sanksi berat andai kerusuhan kembali terjadi di sepak bola Tanah Air.