Suara.com - Simon Tahamata punya perjalanan hidup yang unik, khususnya soal status kewarganegaraan. Saat ini ia dikenal sebagai salah satu legenda sepak bola Belanda, tapi ia sempat tidak memegang paspor Belanda.
Sosok dengan nama lengkap Simon Melkianus Tahamata ini memang lahir di Belanda pada 26 Mei 1956, dari kedua orang tua yang asli berdarah Indonesia.
Ayahnya, Lambert Tahamata, pernah menjadi prajurit KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger) atau Tentara Kerjaan Hindia Belanda. Ibunya, Octovina Leatemia, juga berasal dari Maluku.
Kedua orang tua Simon pergi ke Belanda dan menetap di Kamp Vaught, sebuah kawasan penampungan yang dibuat oleh Belanda untuk orang-orang Maluku yang bermigrasi ke Belanda pada 1950-an.
Perginya orang-orang Maluku era itu tidak terlepas dari situasi politik pasca-proklamasi Republik Maluku Selatan (RMS) yang dipimpin oleh mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur (NIT), Soumokil.
Tidak mudah situasi yang dihadapi orang-orang Maluku saat pindah ke Belanda karena mereka tidak memiliki kewarganegaraan resmi, termasuk Simon Tahamata sehingga ia melewati masa kecil hingga remaja tanpa kejelasan.
Simon baru mendapatkan paspor Belanda pada 1976, ketika ia memulai karir profesional sepak bolanya bersama Ajax Amsterdam.
![Simon Tahamata dan John Heitinga berfoto bersama di depan suporter Belanda [Instagram Simon Tahamata]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/05/64454-simon-tahamata.jpg)
Tiga tahun setelah masuk tim utama Ajax, Simon Tahamata debut bersama Timnas Belanda dan memainkan 22 pertandingan buat Oranje hingga 1986.
Saat masih aktif bermain, Simon Tahamata justru mengambil paspor Belgia pada 1990 sehingga ia memiliki dua kewarganegaraan.
Baca Juga: Makin Tersisih di Klub, Sandy Walsh Harus Mulai Pikirkan Masa Depannya di Timnas Indonesia
Namun dari pengakuan Simon, keputusannya untuk mengambil kewarganegaraan Belgia hanya sebatas formalitas hitam di atas putih saja.
“Saya memiliki paspor Belanda, kemudian saya mengadopsi kewarganegaraan Belgia. Tetapi ini hanya dokumen saja,” jelasnya dilansir dari Standard Liege Hall of Fame.
Simon Tahamata sendiri memutuskan pensiun sebagai pemain pada 1996, dengan Germinal Ekeren sebagai klub terakhir yang dibelanya.
Nama Simon kini semakin mencuat di sepak bola Indonesia setelah dikabarkan menjadi salah satu calon yang akan mengisi posisi Direktur Teknik Timnas Indonesia.
Kontributor: Aditia Rizki