Simon Tahamata: Mimpi Ambon Merdeka Masih Hidup

Jum'at, 07 Februari 2025 | 07:24 WIB
Simon Tahamata: Mimpi Ambon Merdeka Masih Hidup
Simon Tahamata masih menunjukkan optimismenya jika Ambon akan merdeka dan menjadi negara sendiri. (IG Simon Tahamata)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Legenda Ajax Amsterdam keturunan Maluku, Simon Tahamata, masih percaya bahwa mimpi Ambon merdeka dan menjadi negara berdikari masih hidup, setidaknya hingga saat ini.

Hal tersebut diungkapkannya pada 2017 silam, tepatnya 40 tahun setelah momen pembajakan kereta pada tahun 1977 silam di Glimmen, Belanda.

Dalam wawancaranya bersama media Belanda, AD.nl, Simon Tahamata masih menunjukkan optimismenya jika Ambon akan merdeka dan menjadi negara sendiri.

Bahkan, pria berusia 68 tahun itu berpesan kepada masyarakat Maluku, terutama yang ada di Belanda, tetap optimis mimpi itu terwujud di kemudian hari.

Baca Juga: Calon Dirtek Timnas Indonesia Simon Tahamata Lolos dari Kecelakaan Pesawat

“Mimpi Ambon merdeka masih hidup. Pengorbanan dengan Pembajakan Kereta (1975 dan 1977) tidak sia -sia,” buka Simon Tahamata kepada AD.nl.

“Tidak mungkin pesan ini memudar. Kita harus mencoba membuatnya (kemerdekaan Ambon) tetap hidup,” lanjut eks penggawa Timnas Belanda itu.

Simon Tahamata sendiri memang menjadi salah satu pemain keturunan Indonesia yang mendukung gerakan Republik Maluku Selatan (RMS).

Hal ini tak lepas dari latar belakangnya, di mana ia lahir dari keluarga yang dulunya mantan Prajurit KNIL (Kerajaan Hindia Belanda) di Maluku.

Usai Indonesia merdeka pada tahun 1945, mantan prajurit KNIL mulai pindah ke Belanda pada tahun 1951, di mana mereka dijanjikan kemerdekaan oleh pemerintah Belanda.

Baca Juga: Simon Tahamata: RMS Akan Menjadi Kenyataan

Namun dalam sejarahnya, para masyarakat Maluku justru ditelantarkan oleh pemerintah Belanda dengan ditempatkan di kamp Vught, sebuah kamp penampungan.

Karena janji tersebut tak kunjung ditepati, rakyat Maluku pun sempat melakukan teror ke pemerintah Belanda. Salah satunya dengan pembajakan kereta api pada tahun 1975 dan 1977.

Saat pembajakan tersebut, Simon Tahamata sudah lahir dan berusia 19 tahun. Alhasil, ia memahami tindakan aktivis RMS itu untuk mendapatkan kemerdekaan yang dijanjikan.

Karenanya, Simon Tahamata masih mendukung mimpi berdirinya Republik Maluku Selatan dan percaya jika suatu saat kemerdekaan itu akan didapat oleh rakyat Maluku.

“Hanya dia (Tuhan) yang tahu ketika impian kita, RMS, akan menjadi kenyataan. Saya harus tetap percaya bahwa itu akan baik -baik saja,” kata Simon Tahamata, dikutip dari AD.nl.

“Meskipun saya mungkin tidak melihatnya seumur hidup saya. Akan tiba saatnya,” lanjutnya dengan nada optimis.

Terlepas dari pandangan politiknya itu, nama Simon Tahamata saat ini gencar dikabarkan akan mengisi kursi Direktur Teknik Timnas Indonesia.

Rumor ini berkembang luas setelah Simon Tahamata kedapatan mengikuti akun Instagram Timnas Indonesia dan juga Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.

Sebelumnya, Erick Thohir sendiri sudah menegaskan bahwa dirinya akan mengumumkan Direktur Teknik Timnas Indonesia pada akhir Februari mendatang.

(Felix Indra Jaya)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI