Saat itu, rakyat Maluku Selatan yang diasingkan ke Belanda mendapat iming-iming dari pemerintah Belanda akan mendapatkan kemerdekaan.
Nahas, rakyat Maluku Selatan yang ada di Belanda justru diasingkan di sebuah kamp, sehingga muncul pemberontakan dan pembajakan kereta pada tahun 1977 itu.
Di mata Simon Tahamata, ia memamahi mengapa para aktivis Maluku Selatan melakukan aksi pembajakan itu, mengingat janji yang diberikan tak pernah ditepati oleh pemerintah Belanda.
“Jika banyak janji kosong dibuat dan kami tidak ditanggapi dengan serius, saya bisa membayangkan bahwa seseorang akan berdiri dan berkata: Kami masih di sini,” katanya dikutip dari NOS.
Bahkan di mata Simon Tahamata, para pembajak atau aktivis gerakan RMS adalah pahlawan karena memperjuangkan hak yang dimiliki oleh rakyat Maluku Selatan di Belanda.
“Saya merasa sedih bahwa ada korban. Tapi di mana pun orang memperjuangkan sesuatu, ada korban,” imbuhnya.
“Orang -orang ini adalah pahlawan bagi saya. Mereka memberikan hidup mereka untuk kita, untuk menempatkan kita di peta,” pungkasnya.
Terlepas dari pandangan politiknya tersebut, Simon Tahamata bisa dikatakan salah satu calon ideal untuk mengisi pos Direktur Teknik Timnas Indonesia.
Pasalnya ia punya pengalaman mentereng di dunia kepelatihan. Tercatat, ia melatih tim-tim muda baik di Belanda, Belgia, hingga Arab Saudi.
Baca Juga: Palermo Sebut Emil Audero Pemain Asal Indonesia, Bocoran Bakal Dinaturalisasi Timnas?
Sepanjang karier kepelatihannya, eks penggawa Feyenoord ini menjadi pelatih tim muda Ajax Amsterdam, Standard Liege, Beerschot AC, hingga Al Ahli.