Simon Tahamata: RMS Akan Menjadi Kenyataan

Selasa, 04 Februari 2025 | 13:22 WIB
Simon Tahamata: RMS Akan Menjadi Kenyataan
Simin Tahamata. [doc. Ajax YouTube]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Calon Direktur Teknis atau Dirtek Timnas Indoesia Simon Tahamata dikaitkan dengan organisasi Republik Maluku Selatan atau RMS. Mantan pesepak bola Timnas Belanda ini juga dikenal sebagai aktivis keturunan Maluku di sana.

Maka tak heran jika Simon Tahamata merupakan sosok yang memiliki warisan besar dalam sepak bola Belanda dan bukan figur biasa. Kiprahnya di lapangan hijau bersama Ajax Amsterdam dan Feyenoord Rotterdam membuatnya dihormati di dunia sepak bola Eropa.

Sorotan terhadap Simon Tahamata kembali mencuat saat laga Eredivisie Belanda 2023/2024 antara Ajax Amsterdam melawan FC Utrecht.

Klub dan para penggemar memberikan penghormatan khusus sebelum pertandingan dimulai, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasinya, baik sebagai pemain maupun pelatih akademi Ajax.

Baca Juga: Siapa Liam Oetoehganal? Gelandang Tajam Liga Belanda Keturunan Sungkai Kalimantan Tersedia Dipanggil Patrick Kluivert

Warisan Maluku dan Ikatan Sejarah

Simon Tahamata lahir di barak Kamp Vught, Belanda, dari keluarga Maluku. Ayahnya, Lambert Tahamata, adalah seorang prajurit KNIL, sementara ibunya, Octovina Leatemia, berperan besar dalam membesarkan 12 anak di keluarga mereka.

Kehadiran komunitas Maluku di Belanda sendiri tak terlepas dari pergolakan politik di Indonesia pada 1950-an, terutama terkait gerakan Republik Maluku Selatan (RMS).

Simon Tahamata eks Ajax dirumorkan jadi Dirtek Timnas Indonesia [Instagram Simon Tahamata]
Simon Tahamata eks Ajax dirumorkan jadi Dirtek Timnas Indonesia [Instagram Simon Tahamata]

Pada usia lima tahun, Simon dan keluarganya berpindah ke Tiel, sebuah daerah yang saat itu masih berupa pinggiran desa.

Komunitas Maluku di Belanda terus berjuang untuk mempertahankan identitasnya, dan Simon pun mulai bersimpati terhadap gerakan tersebut saat menginjak usia 19 tahun.

Baca Juga: Penyebab Juventus Gagal Beli Jay Idzes, Gara-gara Venezia Besar Kepala?

Ia merasakan pentingnya mengungkapkan asal-usulnya, terutama karena banyak yang mengira dirinya berasal dari Suriname.

"Saya harus menunjukkan warna asli saya pada tahun 1977. Sebelumnya, banyak orang mengira saya orang Suriname. Saya memperkenalkan diri di media dan di dunia sepak bola sebagai orang Maluku dan saya katakan bahwa saya bersimpati terhadap tindakan orang Maluku," kata Simon Tahamata ke media AD.NL 2007 silam.

"Saya merasa saya harus bersuara. Sejarah kita, nasib orang Maluku, masih belum atau hampir tidak disebutkan dalam buku-buku sejarah Belanda. Ini adalah halaman gelap yang lebih baik ditinggalkan. Itulah sebabnya saya terus menceritakan kisah itu, bahkan empat puluh tahun kemudian."

Simon Tahamata eks pemain Ajax yang dirumorkan jadi Dirtek Timnas Indonesia [Instagram Simon Tahamata]
Simon Tahamata eks pemain Ajax yang dirumorkan jadi Dirtek Timnas Indonesia [Instagram Simon Tahamata]

Kritik Pedas terhadap Pemerintah Belanda

Dalam perjalanannya, Simon tak segan melontarkan kritik terhadap pemerintah Belanda yang dianggapnya kurang menghargai pengorbanan komunitas Maluku.

Menurutnya, para prajurit KNIL yang berjuang demi bendera Belanda justru dikhianati setelah perang usai.

Salah satu momen yang mempertegas hal ini adalah insiden pembajakan kereta api pada 1977 oleh pemuda Maluku sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah Belanda.

Simon Tahamata mengaku memahami alasan di balik aksi tersebut, bahkan dirinya merasa bisa saja menjadi bagian dari gerakan itu jika keadaannya berbeda.

Eks pemain Ajax Amsterdam, Simon Tahamata digadang-gadang bakal menduduki posisi sebagai Dirtek Timnas Indonesia. [Tangkap layar Youtube]
Eks pemain Ajax Amsterdam, Simon Tahamata digadang-gadang bakal menduduki posisi sebagai Dirtek Timnas Indonesia. [Tangkap layar Youtube]

Baginya, peristiwa tersebut adalah sebuah jeritan minta perhatian atas ketidakadilan yang dirasakan komunitas Maluku di Belanda.

Masih bicara di media itu, tiap tanggal 25 April, Simon Tahamata pasti menghadiri sebuah pembicaraan yang mendorong pembentukan pemerintah Maluku Selatan atau RSM di Den Haag Belanda.

Untuk diketahui, Republik Maluku Selatan (RMS) diproklamasikan tanggal 25 April 1950. Komunitas keturunan Maluku mendorong melepaskan wilayah Maluku dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Saya harus ada di sana. Jika tidak, pengorbanan itu akan sia-sia. Maksudku adalah pengorbanan para prajurit KNIL yang gugur demi Belanda, tetapi juga pengorbanan para aktivis," katanya.

“Hanya Dia yang tahu kapan impian kita, RMS akan menjadi kenyataan. Saya harus terus percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja."

"Meskipun aku mungkin tidak mengalaminya seumur hidupku. Akan tiba saatnya. Dan kemudian anak-anak generasi ketiga dan keempat harus memastikan bahwa mereka siap membangun negara. Jadi penting bagi mereka untuk dibesarkan dan dilatih dengan benar," tutupnya.

Cerita Pemain Bandung Dilatih Simon Tahamata Calon Dirtek Timnas Indonesia [Dok Pribadi]
Cerita Pemain Bandung Dilatih Simon Tahamata Calon Dirtek Timnas Indonesia [Dok Pribadi]

Karier Gemilang dan Kiprah di Dunia Kepelatihan

Simon baru resmi menjadi warga negara Belanda pada 1976, setelah bertahun-tahun hidup tanpa status kewarganegaraan yang jelas.

Namun, hal itu tak menghalanginya untuk mengukir prestasi di dunia sepak bola. Selama 17 tahun (1979–1996), ia menjadi bagian dari Timnas Belanda dan menunjukkan performa gemilang di berbagai ajang internasional.

Di level klub, Simon dikenal sebagai pemain sayap atau gelandang serang yang memiliki kecepatan dan kreativitas luar biasa.

Selain Ajax dan Feyenoord, ia juga membela klub-klub elite Eropa lainnya, meninggalkan jejak sebagai salah satu pemain terbaik di masanya.

Setelah gantung sepatu, Simon memilih jalur kepelatihan dengan fokus utama pada pembinaan pemain muda. Ia mengabdi di akademi Ajax Amsterdam, Standard Liege (Belgia), hingga Germinal Beerschot.

Perjalanannya juga membawanya ke Timur Tengah, di mana ia menangani tim usia muda Al Ahli (2009–2014). Tak berhenti di situ, ia mendirikan Simon Tahamata Soccer Academy pada 2014, sambil tetap aktif berkontribusi dalam pengembangan bakat di akademi Ajax.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI