Suara.com - Catatan masa lalu tak bisa dihapuskan dari pelatih anyar Timnas Indonesia, Patrick Kluivert. Ia pernah terlibat kecelakaan maut yang makan korban jiwa.
Kluivert pada 1995 silam terlibat kecelakaan maut yang menewaskan seorang sutradara teater bernama Martin Putnam. Saat itu usia Kluivert masih 19 tahun dan masih bermain untuk Ajax.
Kecelakaan maut terjadi di Amsterdam, Belanda dan Kluivert saat itu tengah mengendarai mobil BMW M3 sedangkan korban menggunakan mobil Ford Orion.
Ada dugaan saat itu Kluivert dalam kondisi mabuk. Kasus ini kemudian membuat Kluivert mendapat sanksi hukuman pelayanan masyarakat.
Baca Juga: Alasan Persija Absen di Pertemuan dengan Patrick Kluivert, Prapanca: Bingung Kita
"Dia (Kluivert) mendapat hukuman hukuman pelayanan masyarakat dan hanya setahun setelahnya kembali mendapat masalah," tulis salah satu media Belanda, Volkskrant.
Insiden kecelakaan maut ini pada kala itu memang menempatkan Kluivert dalam kursi pesakitan. Ia dihujat oleh publik Belanda. Bahkan Kluivert sempat 'dihakimi' saat diundang ke acara televisi Belanda.
Menariknya di acara itu kemudian terkuak fakta soal kecelakaan maut tersebut. Pada 2006, Kluivert diundang ke acara Holland Sport yang dipandu oleh Wilfried de Jong dan Matthijs van Nieuwkerk.
Awalnya Kluivert datang ke talkshow itu untuk mempromosikan buku biografi miliknya. Namun tiga menit talkshow itu berlangsung, host de Jong singgung soal kecelakaan maut 1995 silam.
De jong seperti dilansir dari tijdschrift.nl bertanya kepada Kluivert, apakah ia sudah bertemu istri dan putri Martin Putnam.
Baca Juga: Warganet Desak Rizky Ridho Dijual, Bos Persija: Sini Datang ke Kantor
Kluivert kemudian mengaku baru bertemu keluarga korban 11 tahun kemudian. Itupun karena faktor ketidaksengajaan.
"Putrinya datang ke meja saya dengan menangis. Kami mulai berbicara dan bertukar nomor," kata Kluivert.
"Sejauh ini saya sudah berhubungan dengannya dan saya senang dengan hal itu," sambung pelatih Timnas Indonesia itu.
Rupanya jawaban Kluivert itu membuat host de Jong mempertanyakan kebenarannya. "Anda bisa langsung menghubunginya bukan? Itu butuh waktu 11 tahun? Anda tidak mengulurkan tangan?" cecar de Jong.
"Aku melakukannya. Beberapa tahun yang lalu. Juga setelah kecelakan itu," jawab Kluivert.
Sayangnya lagi-lagi pernyataan Kluivert dibantah oleh de Jong. Host acara itu mengemukakan fakta lain.
"Kamu masih belum menghubungi mereka. Saya kenal keluarganya dan saya menelepon mereka kemarin. Kamu baru mengirim pesan kemarin, tiga bulan setelah pertemuan di restoran," kata de Jong.
Kluivert kemudian terpojok dengan pernyataan host. Ia menyebut bahwa sangat sulit baginya untuk melakukan itu.
"Serius? Tidak semudah itu untuk melakukan kontak langsung. Eh bagaimana ya saya bicaranya. Ini sangat sulit bagi saya dan keluarga. Mungkin aku memang tidak bisa melakukannya," kata Kluivert.
De jong kemudian memberikan pesan untuk Kluivert, "Kalau begitu, saya mendapat kesan bahwa masih banyak yang harus dilakukan dalam hidupmu, Patrick,"
"Anda baru mengirim pesan teks kepada keluarga korban, sehari setelah buku Anda akan diterbitkan. Mengapa tidak dari dulu?" tambah De Jong.
Dicecar dengan pertanyaan itu, Kluivert hanya menjawab singkat, "Aku benar-benar tidak tahu,"