Potret Ayah Patrick Kluivert: Winger Suriname yang Berakhir Jadi Tukang Pos

Galih Prasetyo Suara.Com
Jum'at, 17 Januari 2025 | 22:10 WIB
Potret Ayah Patrick Kluivert: Winger Suriname yang Berakhir Jadi Tukang Pos
keluarga Patrick Kluivert (nstagram.com/patrickkluivert9).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mungkin tak banyak yang mengetahui darah sepak bola sudah turun temurun ada di pelatih anyar Timnas Indonesia, Patrick Kluivert.

Ya, jika kita tahu anak Kluivert, Justin Kluivert juga menjadi pesepak bola, ayah Kluivert pun ternyata juga. Ayah Patrick Kluivert bahkan dianggap legenda sepak bola di Suriname.

Patrick Kluivert ialah anak dari winger tim nasional Suriname dekade 60-an, Kenneth Ramon Kluivert atau yang akrap disapa Bossa. Ibu Kluivert bernama Lidwina. Sang ayah pun berposisi sebagai pemain depan, yakni seorang winger.

Bossa lahir di distrik Marowijne, Moengo, dekat sungai Cottica, Suriname pada 26 Agustus 1941. Kakek Kluivert, ayah dari Bossa bekerja sebagai operator derek.

Yang menarik menurut menurut Bossa, sang ayah juga sempat menjadi pesepak bola. "Kakak-kakakku juga biasa bermain sepak bola meski mereka tidak seserius saya," ucap Bossa seperti dilansir dari Surinaamse Voetbal Bond, Jumat (17/1/2025).

Potret Ayah Patrick Kluivert: Winger Suriname yang Berakhir Jadi Tukang Pos [svb.sr]
Potret Ayah Patrick Kluivert: Winger Suriname yang Berakhir Jadi Tukang Pos [svb.sr]

Bossa dibesarkan di ibu kota Suriname, Paramaribo. Di kota ini bakat sepak bola ayah Kluivert itu mulai menyita perhatian. Bossa kemudian main di klub lokal Suriname bernama Robinhood, lalu sempat main di tim-tim lain seperti Victoria dan Be Quick.

Pada 1964, ayah Kluivert itu dipanggil untuk membela tim nasional Suriname. Saat itu Suriname dilatih oleh Andre Kamperveen dan Vossie Belgrave.

Bossa ditempatkan sebagai seorang winger dan bermain di babak kualifikasi Olimpiade Tokyo 1964 di Meksiko. Bossa punya cerita menarik saat ia membela Suriname di Meksiko.

Bossa mengaku fisik ia dan rekan-rekannya sangat kelelahan kala itu. Hal tersebut disebabkan mereka harus bermain di ketinggian 2.240 meter di atas permukaan laut.

Baca Juga: Warganet Desak Rizky Ridho Dijual, Bos Persija: Sini Datang ke Kantor

"Anda membutuhkan paru-paru khusus untuk main di ketinggian seperti itu. Berjalan saja sudah melelahkan, apalagi berlari dan mengejar bola," kenang ayah Patrick Kluivert itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI