Suara.com - Gonjang ganjing di tubuh Timnas Indonesia memasuki babak baru. Setelah memecat Shin Tae-yong sebagai pelatih, PSSI dirumorkan memilih Patrick Kluivert sebagai pengganti dan kekinian Louis van Gaal jadi direktur teknik (dirtek).
Soal Patrick Kluivert sebagai pengganti Shin Tae-yong, informasi ini dibenarkan oleh pakar bursa transfer asal Italia, Fabrizio Romano.
"Patrick Kluivert telah menandatangani kontrak sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia. Kesepakatan sudah selesai," tulis Romano di akun Twitternya.
"Ia dikontrak selama dua tahun dengan opsi perpanjangan dua tahun. Ia akan diperkenalkan di Indonesia pada tanggal 12 Januari mendatang."
Baca Juga: Profil dan Agama Erick Thohir: Hari Natal Gelar Interview Pengganti Shin Tae-yong di Eropa
Sementara soal Louis van Gaal ditunjuk jadi dirtek disampaikan oleh salah satu media kenamaan Spanyol, Marca. Namun kekinian hal itu dibantah van Gaal.
Bantahan itu disampaikan oleh kolega van Gaal, Ruud Gullit kepada media Belanda, Ziggo Sport Voetbal.
Meski kabarnya sudah dibantah, namun kebenaran soal itu akan terungkap di tanggal 12 Januari 2025 saat PSSI mengumumkan pelatih anyar Timnas Indonesia.
Terkait van Gaal, ada cerita menarik terkait rekam jejaknya sebagai pelatih. Cerita itu datang saat van Gaal melatih Barcelona pada 1997.
Dilansir dari Thesefootballtimes, keberadaan van Gaal di Nou Camp jadi perdebatan, apakah ia gagal atau tidak. Disebut gagal tidak juga karena van Gaal mempersembahkan dua gelar ke Barcelona saat itu.
Baca Juga: Marc Klok Hormati Shin Tae-yong Dipecat: Kami Punya Momen Tidak Baik
Van Gaal akhirnya dipecat dengan rasio kemenangan hanya 55 persen dari 1997 hingga 2000 serta kegagalan meraih trofi Liga Champions pada akhir musimnya.
Namun yang jadi sorotan publik saat itu ialah keputusan van Gaal mengesampingkan Rivaldo. Tak ada yang bisa memungkiri Rivaldo sebagai pemain terbail dunia. Namun van Gaal tanpa basa basi membangkucadangkannya.
Keputusan itu dilakukan van Gaal karena Rivaldo menolak untuk bermain di sektor sayap. Bagi Rivaldo, taktik van Gaal itu malah membuatnya tumpul sebagai pemain menyerang.
Tak hanya Rivaldo, Jari Litmanen pun mengalami nasib sama di Barcelona. Van Gaal pun dituding sebagai pelatih yang doyan memecah belah kondisi tim. Namun ia tegaskan bahwa terpenting itu tim bukan individu pemain.
"Pemain tidak penting, tim adalah segalanya. Saya lebih mementingkan karakter pemain daripada kualitasnya. Khususnya, apakah si pemain mau memberikan segalanya di lapangan. Beberapa pemain berbakat tidak memiliki karakter atau keperibadian dengan metode saya," jelas van Gaal.