Suara.com - Nama pelatih asal Belanda, Louis van Gaal (LvG) digadang-gadang bakal menggantikan Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia.
Rumor pemecatan Shin Tae-yong tampaknya kian mendekati kenyataan setelah sejumlah Exco PSSI buka suara. Siang ini, Senin (6/1/2025), Ketum PSSI Erick Thohir akan gelar konfrensi pers di Menara Danareksa, Jakarta pukul 12:00 WIB.
Jika di-head to head, van Gaal dan Shin Tae-yong tentu punya capaian yang jauh berbeda. Meski gagal total di Manchester United, LvG punya rekam jejak kepelatihan level klub lebih mentereng dibanding STY.
Bagi publik Belanda, sosok LvG bisa dilihat dari banyak sisi. LvG dianggap sebagai pelatih tipikal yang rela mengorbankan gaya demi substansi dan bakat demi formalitas.
Baca Juga: KAWAL GARUDA! Suporter Bongkar Alasan di Balik Isu Pemecatan Shin Tae-yong
"Bagi yang lain, dia adalah seorang pelatih yang sangat displin menjengkelkan, juga ahli dalam mengasingkan pemain dan penggemarnya," ulas salah satu media asing, thesefootballtimes.co
Tentu karakter ini sangat jauh berbeda dengan Shin Tae-yong. Seperti diketahui, semenjak melatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong begitu dicintai oleh suporter.
Ia pun sangat dekat dengan suporter serta pemain. Banyak potongan video atau foto yang memperlihatkan momen keakraban Shin Tae-yong dengan penggawa Timnas Indonesia.
Shin juga bisa dibilang bukan pelatih pragmatis, hal yang dimiliki oleh seorang Louis van Gaal.
"Hanya sedikit yang meragukan bahwa Louis van Gaal adalah salah satu manajer yang paling pragmatis dalam sepak bola modern,"
Baca Juga: Media Korsel Anggap Perlakuan Indonesia ke Shin Tae-yong Tidak Adil: Terlalu...
Jiwa pragmatis LvG bisa dilihat dengan capaiannya di level klub ataupun timnas. Ia adalah pelatih yang memenangkan 7 gelar domestik, empat trofi Eropa dan membawa Belanda yang tidak pengalaman finish urutan ketiga Piala Dunia.
Namun ada satu framming soal LvG jika kita bertanya kepada suporter atau mantan pemain Ajax. Dennis Bergkamp misalnya punya pengalaman beda dengan van Gaal.
Saat masih membela Ajax dan dilatih LvG, Bergkamp saat itu ditugaskan tidak pada pos semestinya. Melawan PSV pada 20 Oktober 1991, LvG menempatkan Bergkamp sebagai pemain yang bertugas menjaga kedalaman dan memotong umpan pemain PSV.
Bagi Bergkamp, LvG bukan pelatih yang suka menganalisis permainan. Ia lebih banyak mengandalkan insting dan teknik.
"Dia tidak pernah mengakuinya tetap sepak bola yang dimainkan van Gaal adalah sepak bola ala Johan Cruyff dan Arsene Wenger. Hanya metode yang berbeda. Dia tidak banyak menganalisis, lebih banyak insting dan teknik," kata Bergkamp dalam otobiografinya, 'Stillness and Speed'.
Selain itu, LvG juga bukan tipikal pelatih yang punya anak kesayangan. Bagi Bergkamp, van Gaal menganggap semua pemain setara.
"Louis bersifat didaktik. Dia memberi instruksi kepada pemain agar sistem berjalan. Dan sistem itu sakral. Semua pemain setara dengan van Gaal, tak peduli dengan nama besar. Untunya semua pemain harus tunduk pada sistem," tegas Bergkamp.
Singkatnya bagi Bergkamp, Louis van Gaal ialah pelatih otoriter yang pernah melatihnya.