Suara.com - Timnas Indonesia babak belur di Piala AFF 2024. Skuad Garuda yang berisi mayoritas pemain lokal dengan usia di bawah 22 tahun, harus tersingkir di fase grup setelah takluk 0-1 dari Filipina di Stadion Manahan, Solo, Sabtu (21/12/2024).
Performa Timnas Indonesia di Piala AFF 2024 berbanding terbalik dengan penampilan mereka di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Memang, PSSI dan pelatih Shin Tae-yong sejak awal tidak memprioritaskan Piala AFF 2024. Berbeda dengan Kualifikasi Piala Dunia 2026 yang diikuti secara mati-matian.
Terlepas itu, komposisi pemain yang dibawa untuk dua ajang ini juga kontras. Di Piala AFF 2024, Timnas Indonesia mayoritas diisi pemain lokal dengan usia yang masih sangat muda.
Baca Juga: Cristian Gonzales Cetak Berapa Gol? Tawarkan Diri Jadi Pelatih Striker Timnas Indonesia
Sementara di Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, starting XI Timnas Indonesia diisi mayoritas pemain keturunan atau naturalisasi.
Bersama para pemain keturunan, Timnas Indonesia memang melesat jauh. Garuda jadi satu-satunya tim Asia Tenggara yang melangkah ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.
Namun, saat keterlibatan pemain naturalisasi ditiadakan, Timnas Indonesia terbukti masih mengalami penurunan level signifikan, terbukti dari hasil di Piala AFF 2024.
Meski masih memiliki pekerjaan rumah (PR) dalam meningkatkan kompetisi domestik selaku wadah menelurkan para pemain lokal berkualitas, PSSI tetap bersyukur bahwa proyek naturalisasi berjalan sesuai harapan.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir mengakui pihaknya beruntung karena banyak pemain-pemain keturunan yang mau memperkuat Timnas Indonesia. Ia bersyukur banyak dari mereka yang percaya dengan program yang tengah digodok saat ini.
Baca Juga: Statistik Mentereng Dony Tri Pamungkas di Timnas Indonesia, Calon Pengganti Rizky Ridho di Persija
"Kita beruntung banyak diaspora kita yang tinggal di luar negeri percaya pada proyek ini," kata Thohir dilansir dari Reuters, Selasa (24/12/2024).
"Kami ingin lolos ke Piala Dunia, kami ingin lolos ke Olimpiade dan inilah sebabnya semua pemain yang bermain di Eropa percaya pada program ini," jelas lelaki yang juga menteri BUMN tersebut.
Dijelaskan Erick Thohir, naturalisasi pemain tidak dilakukan sembarangan. Pemain yang bersangkutan harus memiliki darah Indonesia terlebih dahulu.
Selain itu mereka harus serius mau menjadi bagian dari Warga Negara Indonesia (WNI). Eks Presiden Inter Milan itu bersyukur banyak pemain yang tertarik.
"Mereka ingin kembali ke akar mereka karena ini adalah hal yang sentimental bagi mama, papa, nenek, dan kakek mereka," terang Erick Thohir.
"Ini adalah sesuatu yang saya bawa kepada mereka, sebuah program yang bagus dan sebuah mimpi yang ingin kami wujudkan," pungkas lelaki yang juga Menteri BUMN tersebut.