
Dalam film itu, warga Maluku Selatan mengalami hal tak menyenangkan lebih dari dua puluh tahun berada dalam kondisi yang sulit di Kamp Vught. Setelah itu pembajakan kereta terjadi di Drenthe.
Peran sederhana dalam film De Punt memberi Ragnar Oratmangoen wawasan yang mencerahkan tentang sejarah nenek moyangnya, yang juga datang ke Belanda pada tahun 1950-an.