Suara.com - Pemain Timnas Indonesia, Ragnar Oratmangoen menceritakan hal kurang enak didengar terkait keluarga besarnya. Menurut Ragnar, keluarganya mendapat perlakuan tak menyenangkan.
Ragnar menceritakan bahwa perlakukan tidak menyenangkan itu didapat keluarga sang ayah yang datang dari Maluku ke Belanda beberapa puluh tahun lalu.
Kakek dan ayah Ragnar Oratmangoen diketahui berasal dari Maluku, tepatnya di Desa Awear, Kecamatan Fordata, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku.
Beberapa waktu lalu, Ragnar menyempatkan waktu untuk napak tilas garis keturunannya dengan berkunjung ke Desa Awear.
Baca Juga: Jejak Kontroversial Ho Wai Sing Wasit Laga Myanmar vs Timnas Indonesia
Menurut paman dari Ragnar, Man Oratmangoen, kedatangan keponakannya ke Desa Awear untuk bertemu dengan keluarga besar dari ayah dan kakeknya.
"Ayah Ragnar itu asli dari Desa Awear, ibunya yang warga asli Belanda," kata Mat Oratmangoen.
Saat wawancara dengan media Belanda pada 2021, Ragnar menceritakan bahwa ia memiliki pandangan lain tentang akar budaya yang dimilikinya.
Hal itu karena saat kecil, Ragnar sempat ikut bermain film. Perannya sangat sederhana namun mencerahkan Ragnar tentang sejarah nenek moyangnya.
Film yang dibintangi Ragnar berdasarkan kisah nyata yakni pembajakan kereta api pada 1977 di Desa Drenthe, Belanda. Film itu juga dibintangi oleh sepupu Ragnar, Gerson Oratmangoen.
Baca Juga: Jelang Myanmar vs Timnas Indonesia, Bek Persija: Kami Dianggap Tim B tapi...
"Saya setengah Belanda, setengah Maluku," kata Ragnar seperti dikutip dari Destentor.nl
"Ayah saya lahir di sini, di kamp Nistelrode. Sambutan terhadap mereka oleh orang lokal tidak menyenangkan. Mereka mengalami tahun-tahun yang sulit. Hal ini semakin meningkat pasca pembajakan kereta api. Cerita sebenarnya lebih dari yang difilmkan," jelas Ragnar.
Ragnar Oratmangoen resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) pada Senin (18/3/2024). Pengambilan sumpah WNI dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) DKI Jakarta.