Suara.com - Siapa Fabio Cannavaro? Calon pelatih Jay Idzes dan Venezia yang ternyata pernah salaman dengan Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir.
Nama Fabio Cannavaro muncul sebagai salah satu kandidat pelatih Venezia usai muncul kabar bahwa Eusebio Di Francesco akan dipecat.
Kabar bakal dipecatnya Eusebio Di Francesco tak lepas dari rentetan hasil buruk yang didapat oleh Venezia di Serie A 2024/2025 ini.
Dikutip dari Gianlucadimarzio, dari 14 pertandingan, tim berjuluk Il Lagunari itu baru meraih dua kemenangan, dua hasil imbang, dan menelan 10 kekalahan.
Baca Juga: Info A1: Ada 300 Pemain Keturunan Calon Timnas Indonesia, STY Tinggal Tunjuk
Catatan buruk itu membuat Jay Idzes dkk harus terjerembab di dasar klasemen sementara Serie A 2024/2025 dengan raihan 8 poin.
Hasil buruk ini membuat kursi kepelatihan Eusebio Di Francesco terguncang. Hal ini ditandai dengan adanya rapat antara Direktur Teknik Venezia, Filippo Antonelli, dengan pelatihnya itu.
Sejauh ini, pihak klub kabarnya masih mempercayai Di Francesco. Hanya saja indikasi pemecatannya kian terlihat andai rapat itu tak membuahkan hasil positif.
Kini, sederet nama beken dilaporkan akan direkrut oleh Venezia untuk menggantikannya. Salah satunya adalah Fabio Cannavaro.
Sosok legenda Timnas Italia itu belum lama ini sempat bertemu dan bersalaman dengan Ketua Umum (Ketum) PSSI, Erick Thohir.
Baca Juga: Elkan Baggott: Shin Tae-yong Pelatih Hebat
Lantas, siapakah sosok Fabio Cannavaro itu? Berikut rangkumannya.
Bek Terakhir Peraih Ballon d’Or
Bagi pecinta sepak bola medio akhir 90 an dan 2000 an awal, terutama pecinta sepak bola Italia, nama Fabio Cannavaro dikenal sebagai salah satu bek tangguh.
Ketangguhan pria kelahiran Naples pada 13 September 1973 ini juga terbukti dengan raihan Ballon d’Or 2006, yang membuatnya menjadi bek terakhir yang memenangi penghargaan individu itu.
Kariernya di dunia sepak bola bermula di tanah kelahirannya, Napoli, pada tahun 1991. Di klub tersebut, kiprahnya bermula dari gelandang sebelum menjadi bek.
Saat menjadi bek, ia dipuji mega bintang Napoli saat itu, Diego Maradona, sebagai salah satu bek hebat karena sempat berlatih bersamanya.
Pujian itu kemudian membuatnya mendapat debut di tim utama bersama Napoli. Nahas, perjalanannya bersama Partenopei tak berlangsung lama.
Pada tahun 1995, Napoli menjualnya ke Parma karena masalah finansial. Bagi Cannavaro, kepindahan ini membuatnya menancapkan diri sebagai salah satu bek terbaik di Italia.
Selama tujuh musim membela Parma, Cannavaro mampu meraih empat gelar bergengsi, yakni Coppa Italia dua kali, Supercoppa Italia, dan Piala UEFA (Liga Europa).
Penampilan apiknya membuat Inter Milan kemudian memboyongnya pada 2002 karena Parma kesulitan finansial.
Sayangnya, kiprahnya di Inter Milan tak berjalan mulus karena cedera dan bermain di luar posisinya. Alhasil, dua tahun berselang ia dilepas ke Juventus sebagai bagian dari pertukaran pemain.
Siapa sangka, kepindahannya ke rival itu memberi angin segar ke Cannavaro yang kemudian merengkuh Scudetto di musim pertamanya.
Nahas di musim keduanya, Juventus terkena skandal Calciopoli. Skandal ini hadir saat Cannavaro berjuang dengan Timnas Italia dan menjadi juara Piala Dunia 2006.
Karena skandal itu, Cannavaro dilepas ke Real Madrid pada 2006 dan berhasil meraih Ballon d’Or 2006 serta menjuarai LaLiga 2006/2007 dan 2007/2008 serta Piala Super Spanyol 2008.
Pada 2009, Cannavaro kembali ke Juventus dengan status bebas transfer. Tapi cedera dan hubungan buruk dengan fans membuat kariernya tak berjalan mulus.
Alhasil pada 2010, ia melanjutkan kariernya ke Uni Emirat Arab dengan bergabung Al-Ahli dan memutuskan gantung sepatu pada 2011.
Karier Kepelatihan
Setelah gantung sepatu, Fabio Cannavaro kemudian menjadi pelatih Al-Ahli pada 2013 dan mampu membawa timnya meraih Double Winner di musim pertamanya.
Catatan apik ini membuat raksasa Liga China, Guangzhou Evergrande merekrutnya. Sayangnya, kiprahnya hanya bertahan semusim.
Pada 2015, Cannavaro bergabung Al-Nassr di Arab Saudi. Lagi-lagi ia juga hanya bertahan semusim dan kembali ke China pada 2016 dengan menukangi Tianjin Quanjian.
Di klub ini, Cannavaro mampu meraih gelar di kasta kedua Liga China dan membawa timnya menembus peringkat tiga besar di musim pertama sebagai klub promosi.
Karena prestasinya itu, Cannavaro ditarik kembali oleh Guangzhou Evergrande pada 2017. Di periode kedua kepelatihannya, ia mampu membawa timnya menjuarai Piala Super China dan Liga China.
Tak ayal hal ini membawa Cannavaro menjadi pelatih Timnas China. Tapi kariernya tak cemerlang dan membuatnya fokus ke Guangzhou Evergrande saja.
Barulah pada 2022, Cannavaro kembali ke Italia dan melatih Benevento di Serie B dan melatih Udinese di Serie A pada 2024.
Kini, Cannavaro menganggur usai didepak oleh Udinese dan ditargetkan menjadi pelatih Venezia menggantikan Eusebio Di Francesco.
Andai menjadi pelatih Venezia, Jay Idzes akan jadi sosok yang paling beruntung karena bisa menimba ilmu langsung dari mantan bek Timnas Indonesia dan peraih Ballon d’Or.
(Felix Indra Jaya)